Karakter Pemimpin Sukses Dunia Akhirat
Ilustrasi--
“Mereka akan berbicara tentangmu sebagaimana engkau berbicara tentang mereka. Sesungguhnya rakyat akan berkata yang baik-baik tentang urusan mereka yang berbuat baik kepadanya. Mereka akan ‘menyembunyikan’ semua bukti dari tindakanmu.
Karena itu, harta terbesar akan engkau peroleh jika engkau dapat menghimpun harta dari perbuatan baikmu. Jagalah keinginanmu agar selalu di bawah kendali dan jauhkan dirimu dari hal-hal yang terlarang. Dengan sikap waspada engkau akan mampu membuat keputusan di antara sesuatu yang baik atau tidak baik untuk rakyatmu.”
“Kembangkan sifat kasih sayang dan cintailah rakyatmu dengan lemah lembut. Jadikanlah itu sebagai sumber kebijakan dan berkah bagi mereka. Jangan bersikap kasar dan jangan memiliki sesuatu yang menjadi milik dan hak mereka.”
“Mereka adalah makhluk yang lemah, bahkan kadang melakukan kesalahan. Maka, berikanlah ampunan dan maafmu sebagaimana engkau memohon ampunan dan maaf dari-Nya. Sesungguhnya engkau berada di atas mereka dan urusan mereka ada di pundakmu. Sedangkan Allah berada di atas orang yang mengangkatmu. Allah telah menyerahkan urusan mereka kepadamu dan menguji dirimu dengan urusan mereka.”
BACA JUGA:Menag Pastikan Katering untuk Jamaah Haji Gunakan Lebih dari 70 Ton Bumbu Indonesia
Lalu, bagaimana cara memberi nasihat, terutama kepada pemimpin? Islam agama yang sempurna telah memberikan panduan dalam hal memberikan nasihat kepada pemimpin.
Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang ingin menasihati pemimpin, jangan dilakukan secara terang-terangan. Nasihati dia di tempat sepi, jika menerima nasihat, maka sangat baik dan jika tidak menerimanya, maka kamu telah menyampaikan kewajiban nasihat kepadanya.” (HR Imam Ahmad).
Tidak bijak mengoreksi kekeliruan pemimpin di mimbar terbuka. Usamah bin Zaid ketika menasihati Utsman bin Affan bukan dengan cara mencaci di depan umum atau mimbar. Imam Ibnu Hajar berkata, Usamah telah menasihati Ustman bin Affan dengan cara yang sangat bijak dan berakhlak mulia.
Adab Menerima Nasihat
BACA JUGA:Jamaah Haji Cirebon Berangkat dari Kertajati, Ini Jadwalnya
Terdapat teladan dari generasi salaf ketika diberi nasihat. Antara lain, menerima nasehat dengan lapang dada. Dari Zain bin Kumait, ia mendengar seseorang telah berkata kepada Abu Hanifah, “Bertakwalah kepada Allah!” Mendengar itu, Imam Abu Hanifah gemetar, wajahnya pucat, dan kepalanya menunduk. Kemudian ia berkata: “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Betapa manusia sangat membutuhkan seseorang yang berkata seperti ini kepada mereka setiap saat. (Siyar A’lam al-Nubala).
Ketika dinasihati maka segera kembali kepada kebenaran jika yang dinasehatkan adalah sebuah benar. Kembali kepada kebenaran adalah suatu keutamaan. Sedangkan berpegang pada kebatilan adalah suatu keburukan (QS Al-Baqarah [2]: 204-206).
Kemudian, berterima kasih kepada orang yang memberi nasihat. Dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidak bersyukur kepada Allah, orang yang tidak berterima kasih kepada orang (lain).” (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Dari Usamah bin Zaid RA, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa mendapatkan kebaikan dari seseorang, lalu ia berkata kepada pelaku kebaikan tersebut, “Jazakallahu khairan” berarti ia telah sampai pada derajat memujinya (berterima kasih kepadanya dengan memujinya).” (HR Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Hibban).