Meminimalisir Hedonisme di Akhir Ramadan
Ilustrasi--
BACA JUGA:Berburu Pahal Lailatul Qadar dengan Iktikaf di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan
Fenomenal sosial di tanah air tersebut, sudah menjadi berita tahunan dan rasanya sulit untuk di lebur akan praktek yang menghanguskan pahala. Dan pada artinya praktek hedonisme menutup diri untuk tidak memikirkan efektivitas nilai puasa yang telah dikerjakan selama ini.
Sebuah perenungan dari dan Nabi yang berbunyi: “Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja. Betapa banyak pula yang melakukan shalat malam, hanya begadang di malam hari” (HR. Ahmad).
Sangat disayangkan Ramadan yang digelar setiap tahunnya hanya memakan korban ghibah di tengah masyarakat akibat mengedepankan prinsip hedonisme.
JIWA KESEDERHANAAN
BACA JUGA:Warga Binaan Semangat Baca Alquran di Lapas Kelas 1 Cirebon
Seseorang memiliki harta banyak merupakan perilaku yang diterima secara sosial. Sebab, masing-masing orang dalam mendapatkan harta tentu memiliki maksud tersendiri.
Ada dijadikan sebagai amal kebaikan, harta dijadikan benda untuk membagi ke sesama, harta dijadikan sebagai barang pajangan dengan tatanan sesuai harga. Inilah yang terjadi, mukenah-mukenah baru serta baju takwa yang baru hanya penghias lemari.
Tuntunan agama islam mengarahkan kemudahan bukan kesukaran. Adanya praktek hedonisme menuntut pelakunya untuk berpenampilan yang berlebihan dan membawa pada kesusahan.
Bagaimana tidak, ada kalanya beberapa orang rela ngutang demi menutupi kekurangan finansial di hari kemeriahan lebaran (idul fitri). Bahkan ada yang tidak ingin menghadiri shalat id disebabkan karena masih belum punya pakaian baru.
BACA JUGA:Jangan Berhenti di Bahu Jalan Tol, Ini Akibatanya Kalau Berhenti
Jika hal ini terus berkelanjutan maka tentu akan tetap terjadi kesenjangan sosial dan munculnya fenomena peringkat sosial. Dari sini, prinsip kesederhanaan telah diajarkan dari praktek berbuka puasa (iftar).
Di saat kita berhadapan dengan makanan dan minuman yang lezat apapun, tentu secara sadar akan memakan yang secukupnya saja. Inilah pembelajaran berharga di bulan Ramadan yang harus juga dipraktekkan menjelang lebaran.
Nabi Muhammad SAW menginstruksikan kepada umatnya agar tidak terhipnotis akan indahnya dunia , “menjadi kaya bukan berarti memiliki harta yang banyak. Orang yang benar-benar kaya adalah orang yang merasa cukup”, (At-Tirmidzi).
Instruksi ini mendidik jiwa atau mental agar berkiblat kepada yang secukupnya saja, sebagaimana contoh di saat berbuka puasa. Makan tidak dan minum sesuai kadar perut.