Menjadi Manusia Cerdik
Ilustrasi--
BACA JUGA:Buka Puasa Bersama Media, Pj Wali Kota Usung Green Ramadan Demi Kurangi Sampah Plastik
Segala hal yang tidak ada pada bulan-bulan biasa diadakan pada Ramadan. Mungkin rasanya berbeda melihat makanan pada saat berpuasa. Melihat makanan memunculkan rasa enak untuk menenteramkan rasa lapar.
Saat berbuka banyak makanan tidak tersentuh. Begitu setiap hari terus berjalan. Begitu kita pada awal ramadan berbelanja bahan pokok agar kita dapat menjalankan puasa dengan baik.
Makanan memang harus disiapkan untuk energi kita, agar kita bertahan menahan lapar dan haus. Akan tetapi, yang lebih utama adalah mempersiapkan batin.
Kita lupa bahwa puasa harus disempurnakan dengan kekuatan hati. Kekuatan hati yang harus dibangun agar pengendalian perilaku dan perikata bekeseimbangan.
BACA JUGA:Ada Luka Gorok, Jenazah Reffian Gani Dibawa ke RS Bhayangkara Losarang
Menjaga lisan itu lebih penting daripada menahan lapar dan dahaga. Lisan tidak mengenal kondisi lapar dan dahaga.
Lisan akan terus berbicara, memproduksi ucapan yang berguna atau tidak berguna, kebenaran atau kebatilan, kejujuran atau kebohongan, kebaikan atau keburukan.
Banyak orang yang berhasil menahan lapar dan dahaga, tetapi sangat sedikit yang selamat dari ucapan.
Padahal kesempurnaan puasa adalah pada keterjagaan lisan. “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).
BACA JUGA:Tutup Ratusan U-Turn Ilegal
Menahan berkata itu bukan masalah mudah. Orang tidak akan pernah berhenti berbicara kecuali diberhentikan.
Penjagaan lisan sesungguhnya menjadi sangat penting pada setiap saat dan lebih utama pada saat kita berpuasa. Berpuasa bukan aktivitas biasa.
Allah memerintah kita berpuasa sebulan dalam setahun. Ini menunjukkan amalan istimewa. Bukan kegiatan harian.
Kita hanya bertemu dengan amalan puasa setahun sekali dan itu pun hanya dengan izin Allah. Kita harus merasa was-was jika amalan puasa tidak diterima Allah.