Mengatasi Darurat Moral
Ilustrasi--
Oleh: Mukhammad Alwani MHum
DARURAT moral dalam satuan pendidikan menjadi titik keterlambatan dalam sebuah pembangunan generasi berkarakter.
Peraturan demi peraturan terbentuk namun belum mampu membentuk kebaikan. Metode demi metode pendidikan berkembang namun belum mampu mengembangkan motivasi belajar para peserta didiknya.
Dan entah siapa yang harus bertanggung jawab atas setiap persoalan tindakan perundungan antara pelajar. Sorotan lain darurat moral yang terjadi di lingkungan sekolah antara hubungan guru dan murid yang kini tidak harmonis.
Penulis menggunakan dua kaca persepsi ketidak berhasilnya pendidikan moral saat ini. Pertama, terdapat oknum guru melakukan pelecehan terhadap muridnya, memberikan penilaian berdasarkan kedekatan bukan kompetensi. Kedua, murid yang semakin hari hari tidak menghormati serta menghargai guru.
BACA JUGA:Sultan Kacirebonan dan Presiden IKBC Rayakan Hari Nasional Kuwait ke-63
Kedua hubungan ini mengilustrasikan keadaan lingkungan pendidikan saat ini. Banyaknya kecacatan moral yang kini menghantui dunia pendidikan menjadi tantangan guru dalam mengajar.
Banyaknya kelemahan murid dalam memahami adab menjadi bentuk kewalahan dalam berinteraksi.
Guru yang seharusnya harus mengajarkan mata pelajaran namun dihabiskan memberikan nasehat.
Lagi-lagi fenomena ini menjadi bahan evaluasi dan tercatat sebagai guru yang tidak profesional. Entah siapa yang harus disalahkan?
BACA JUGA:Peduli Porter dan PJL, MSP Berbagi 155 Paket Sembako
MEMBENTUK MORAL
Kepribadian bermoral menjadi harta yang sangat berharga dalam diskursus generasi. Bagaimana tidak, generasi dengan kepribadian bermoral menjadi perisai berkelanjutan kepemimpinan Indonesia.
Membentuk kepribadian tidak lepas dari pengaruh siapa yang dilihatnya serta dilingkungan mana dia berada. Kedua pola tersebut bagian penting proses pembentukan perilaku seseorang.