Quick Count, Percaya atau Tidak?

Ilustrasi--

Jumlah sampel TPS akan mempengaruhi tingkat akurasi data yang dihasilkan. Semakin besar jumlah sampel akan meminimalkan tingkat kesalahan atau margin of error sehingga akurasinya akan semakin baik. 

BACA JUGA:Bupati Nina Bercengkrama Bahas Kemajuan Indramayu Bareng Gen Z

Namun demikian, semakin besar sampel tentu saja akan meningkatkan biaya penyelenggaraannya. Dengan topografi wilayah Indonesia yang sedemikian luas, pelaksanaan quick count tentu saja akan membutuhkan biaya yang cukup besar, jika quick count dilakukan dengan benar. 

Setiap TPS yang terpilih menjadi sampel harus didata perolehan suaranya sesaat setelah penghitungan suara selesai dilaksanakan. Data inilah yang kemudian dihitung secara cepat untuk memperkirakan hasil pemilu. 

Quick count seharusnya memang menghitung real dari hasil TPS, bukan hitungan perkiraan. Margin of error menunjukkan tingkat kesalahan pendataan survei yang sampelnya diambil secara acak. Sementara itu tingkat kepercayaan menunjukkan tingkat keyakinan hasil survei tersebut layak untuk menggambarkan hasil secara keseluruhan. 

Idealnya margin of error quick count sebesar +/- 1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Secara statistik, hasil quick count akan bisa dipercaya jika dilakukan dengan metode yang benar, margin of error rendah dan tingkat kepercayaan yang tinggi. 

BACA JUGA:Petugas Pemilu 2024 di Cirebon, Indramayu, dan Kuningan Meninggal Dunia: Kelelahan dan Mengeluhkan Sesak Napas

Namun masalahnya tidak semua lembaga mempublikasikan nilai margin of error secara langsung dan terbuka. Metodologi yang digunakan dalam penghitungannya juga jarang terekspos.

Di sisi lain, track record lembaga survei penyelenggaranya kadang menunjukkan adanya afiliasi kepada kepentingan tertentu. Kondisi inilah yang bisa menyebabkan sebagian masyarakat belum bisa menerima hasil penghitungan quick count.

Meski bukan merupakan hasil resmi pemilu, quick count seringkali dijadikan data pembanding atau bahkan data rujukan terhadap hasil pemilu. Parahnya, hasil quick count sering dianggap sebagai hasil akhir sebuah pesta demokrasi sehingga menimbulkan pro-kontra dengan tensi yang meningkat. 

Percaya atau tidak? Hal ini tentu kembali kepada masing-masing pihak. Salah satu pertimbangan untuk percaya atau tidak secara ilmiah bisa dilihat dari metodologinya.

BACA JUGA:Siapa Lolos ke DPRD Provinsi dan Pusat dari Cirebon dan Indramayu? KPU: Perhitungan Berjenjang Jadi Acuan

Selain itu, kredibilitas dan integritas lembaga penyelenggara quick count juga akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat. (*)

Penulis adalah Statistisi Madya BPS Kabupaten Cirebon

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan