Asupan Gizi di Kabupaten Cirebon

Ilustrasi--

Oleh: Harri Ramdhani SE

PERAN asupan gizi dalam kehidupan suatu mahkluk hidup sangat penting, termasuk pada tubuh manusia. Tubuh manusia memerlukan asupan gizi untuk mencapai kondisi yang optimal. 

Jika tidak ada asupan gizi, maka organ tubuh akan mengalami apa yang disebut dengan malnutrisi. Asupan gizi ini harus tepat, tidak kurang dan tidak pula berlebih. Para ahli gizi saat ini memperkenalkan konsep gizi seimbang, mengganti paradigma lama yang sudah melekat di masyarakat berupa istilah 4 sehat 5 sempurna. 

Pemerintah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pemenuhan gizi masyarakat, utamanya adalah karena faktor gizi yang rendah menyebabkan sebuah fenomena yang bernama stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat malnutrisi, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikososial pada 1.000 hari pertama umur anak.

Menurut penelitian, stunting berbahaya karena bisa menimbulkan gangguan fungsi tubuh yang permanen hingga dewasa, seperti gangguan perkembangan otak dan organ lainnya. Gejala utama stunting yang tampak secara kasat mata adalah tubuh yang pendek atau kerdil. 

BACA JUGA:Mubes FKKC setelah Pemilu 2024

Yang menjadi persoalan, masyarakat banyak menganggap anaknya pendek karena faktor keturunan. Hal ini membuat mereka tidak melakukan apa-apa untuk mencegah atau mengoreksi kondisi tersebut. Padahal, stunting adalah kondisi yang bisa dicegah sedini mungkin.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah sejak lama mengkampanyekan Gerakan Anti Stunting. Salah satunya dengan upaya pemenuhan gizi ibu hamil. Para ahli gizi berpendapat bahwa untuk mencegah stunting, asupan gizi harus dipenuhi sejak bayi masih dalam kandungan.

Lalu, bagaimanakah kondisi asupan gizi masyarakat Kabupaten Cirebon? Untuk mengukur asupan gizi yang dikonsumsi oleh masyarakat sangatlah sulit. Makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat sangat beragam, baik jenis maupun kandungan gizinya. 

Dalam penelitian sederhana ini, penulis akan menganalogikan bahwa setiap pengeluaran masyarakat yang digunakan untuk membeli kebutuhan makanan adalah linear dengan asupan gizi-nya karena asumsinya seluruh makanan/minuman yang dibelanjakan akan habis dikonsumsi.  Dengan kata lain semua jenis makanan yang dibeli maka itulah yang dikonsumsi.

BACA JUGA:Angka Stunting Didominasi Pola Asuh

BPS mencatat melalui survey SUSENAS segala pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan makanan dan non makanan. Untuk kebutuhan makanan, dibagi menjadi dua kategori, yaitu makanan jadi dan bahan makanan untuk dimasak. Dalam kaitannya dengan gizi, Penulis akan mencoba mengukur sejauh mana tingkat asupan makanan bergizi dengan melihat pola konsumsi makanan yang dimasak sendiri. 

Dalam survey SUSENAS, setiap pembelian bahan makanan untuk dimasak dicatat berdasarkan jenisnya. Maka, kita bisa melihat tingkat pemenuhan gizi dengan melihat jenis makanan yang dibelanjakan oleh masyarakat Kabupaten Cirebon.

Ada dua macam zat gizi yang dibutuhkan tubuh dari makanan sehari-hari, yakni zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro adalah zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar. Kelompok yang disebut juga dengan makronutrien ini terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein. 

Tag
Share