Inflasi Ramadan dan Pola Distribusi Perdagangan

ilustrasi-istimewa-

BACA JUGA:Siap Amankan Arus Mudik Lebaran 2025

Anehnya, meski harga barang mengalami kenaikan yang cukup tinggi, namun masih diminati oleh masyarakat. Momen Ramadan seakan menghipnotis masyarakat untuk tetap berbelanja sejumlah makanan dan minuman meskipun harganya relatif mahal atau terus meningkat.

Apalagi makanan dan minuman favorit menjelang berbuka puasa, sepertinya masyarakat sudah tidak mempersoalkan lagi berapapun harga yang ditetapkan oleh para pedagang.

Data perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia pada bulan April 2022 yang dirilis oleh BPS menyebutkan beberapa komoditas yang memberikan andil cukup tinggi terhadap inflasi m-to-m kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau selama Ramadan 2022 antara lain: minyak goreng sebesar 0,19 persen; daging ayam ras sebesar 0,09 persen; ikan segar sebesar 0,04 persen; telur ayam ras sebesar 0,02 persen; daging sapi, rokok kretek filter, bayam, bawang putih, ayam hidup, tahu mentah, tempe, kangkung, gula pasir, dan air kemasan masing-masing sebesar 0,01 persen.

Sementara perkembangan IHK Indonesia pada bulan Maret 2023 yang dirilis oleh BPS menyebutkan beberapa komoditas yang memberikan andil cukup tinggi terhadap inflasi m-to-m Kelompok Pengeluaran Makanan, Minuman, dan Tembakau selama Ramadan 2023 antara lain: beras, cabai rawit, rokok kretek filter, dan bawang putih masing-masing sebesar 0,02 persen; daging ayam ras, rokok putih, dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,01 persen.

BACA JUGA:PSMTI-Radar Cirebon Berbagi Nasi Kotak dan Takjil

Sedangkan perkembangan IHK Indonesia pada bulan Maret 2024 yang dirilis oleh BPS menyebutkan beberapa komoditas yang memberikan andil cukup tinggi terhadap inflasi m-to-m kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau selama Ramadan 2024 antara lain: telur ayam ras, daging ayam ras, dan beras masing-masing sebesar 0,09 persen; cabai rawit dan bawang putih masing-masing sebesar 0,02 persen; sigaret kretek mesin (SKM), bawang merah, minyak goreng, ikan segar, bayam, buncis, ayam hidup, dan pepaya masing-masing sebesar 0,01 persen.

Ketersediaan barang di tingkat pedagang eceran, khususnya yang berada di pasar-pasar tradisional, tidak terlepas dari pasokan mulai tingkat produsen sampai pedagang besar/grosir.

Semakin panjang rantai pengiriman barang, maka akan mempengaruhi penetapan harga yang diterima oleh konsumen akhir.

Dengan kata lain, semakin panjang Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) maka harga yang diterima oleh konsumen akhir akan semakin besar.

BACA JUGA:Beli Mobil Daihatsu Berhadiah Paket Umrah

Untuk mengetahui rantai distribusi barang mulai dari tingkat produsen sampai ke konsumen akhir dapat dilihat dari data pola distribusi perdagangan dan MPP.

Sebagai salah satu contoh bagaimana rantai distribusi beras dari tingkat produsen sampai ke konsumen akhir, BPS menyebutkan bahwa kenaikan harga beras dari tingkat produsen sampai ke konsumen akhir di Indonesia sebesar 18,72 persen dengan melibatkan pelaku usaha utamanya yaitu pedagang grosir dan pedagang eceran atau sebanyak 3 rantai (BPS, Publikasi Distribusi Perdagangan Komoditas Beras Indonesia 2024, Volume 9, 2024).

Sementara, apabila dilihat rantai distribusi beras dan MPP total yang terjadi pada setiap provinsi di Indonesia pada tahun 2024, Provinsi Kalimatan Selatan menjadi provinsi dengan nilai MPP total terendah yaitu sebesar 4,20 persen.

Artinya, kenaikan harga beras dari tingkat produsen sampai ke konsumen akhir di provinsi ini sebesar 4,20 persen dengan melibatkan pelaku utamanya pedagang eceran atau sebanyak 2 rantai.

Tag
Share