Tsunami: Muhasabah Diri

Ilustrasi tsunami.-istimewa-

BACA JUGA:Asuransi Astra Jaga Reputasi dan Kepercayaan Pelanggan

Tsunami di Jawa Barat misalnya, terjadi pada 17 Juli 2006 yang dipicu oleh gempabumi dengan pusat gempa di Samudera Hindia dengan kekuatan M6,8.

Gempa dan tsunami ini merenggut 668 korban jiwa dan 9.299 mengalami luka-luka. Jumlah korban tersebut tersebar di beberapa wilayah yakni Ciamis-Pangandaran sebanyak 415 orang, kemudian 62 orang di Tasikmalaya, 157 orang di Cilacap, 15 orang di Kota Banjar, 10 orang di Kebumen, 3 orang di Gunung Kidul dan Bantul serta 1 orang di Garut dan Banyumas.

Korban hilang terbanyak di Kebumen sejumlah 33 orang. Adapun kerusakan meliputi tempat liburan di sekitar pantai di Pangandaran yang rusak parah serta ribuan rumah dan perahu nelayan hancur.

Di tahun yang sama dengan tsunami di Jawa Barat, pada 14 Maret 2006 terjadi gempabumi dengan magnitude 6,4 terjadi di Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Pusat gempa berada pada kedalaman 40km di dasar laut. Gempa tersebut memicu tsunami dan menyebabkan tiga jiwa meninggal dunia dan satu orang hilang. 

BACA JUGA:Di Bawah Tahun Lalu, Pengunjung Goa Sunyaragi di Momen Libur Natal

Selain itu, terdapat 241 rumah yang hancur dan 60 rumah hanyut terbawa air laut. Sekitar 1200 warga mengungsi hingga 5 Km ke pegunungan dari tepi pantai Pulau Buru.

Kenal Banda Neira? Destinasi wisata yang menjadi primadona yang juga berada di Maluku, tak luput dari riwayat gempabumi dan tsunami.

Terjadi pada 1859 dengan gempabumi yang berpusat di Laut Banda dengan magnitude 6.7 yang menimbulkan tsunami di kawasan tersebut. Secara keseluruhan tercatat 46 kejadian tsunami di wilayah Maluku. Sungguh bukan jumlah yang sedikit.

Apabila membaca data sejarah kejadian tsunami di Indonesia, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pola kejadian yang berulang pada suatu area tertentu.

BACA JUGA:Sidak Pos Jaga Perlintasan Sebidang Selama Nataru

Pola berulang ini memang tidak dalam setahun atau dua tahun, rentang waktunya bisa 50 hingga 100 tahun. Pertanyaannya apakah kita sudah siap jika tsunami yang telah terjadi di masa lalu dan akan berulang 100 tahun kemudian, ternyata bertepatan dengan tahun 2024 atau setidaknya dalam 5 tahun yang akan datang?

JEPANG: TIDAK TERJEBAK MASA LALU

Sama seperti Indonesia, Jepang juga merupakan negara yang memiliki frekuensi kejadian yang cukup tinggi. Bahkan penyebutan “tsunami” juga diadopsi dari Bahasa Jepang.

Sama juga seperti Indonesia, Jepang menjadikan kejadian-kejadian tsunami yang sudah terjadi sebelumnya sebagai bahan pembelajaran sekaligus mengenang para leluhur atau orang-orang yang telah mendahului.

Tag
Share