Debat Kandidat Pilkada di Cirebon: Yakinkan Pemilih Datang ke TPS
Empat paslon Pilkada Kabupaten Cirebon foto bersama setelah menuntaskan agenda debat.-Seno Dwi Priyanto-Radar Cirebon
Sesi tanya jawab debat ketiga Pilwalkot Cirebon berlangsung sengit. Terjadi perbedaan kalkulasi atau hitung-hitungan tentang anggaran 5 persen dari total APBD Kota Cirebon untuk tingkat RT/RW. Bermula, dari pertanyaan Paslon 2 Eti Herawati dan Suhendrik. Eti bertanya tentang PP 17 Tahun 2018, berkaitan komitmen 5 persen dari APBD Kota Cirebon untuk bisa dirasakan hingga tingkat RT/RW.
Dani Mardani mengatakan bahwa Dalam Sapta Cipta sudah ditetapkan sebesar Rp200 juta (dari APBD Kota Cirebon) untuk percepatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat berbasis RW dan RT dan bahkan yang lain.
“Kita tahu RT/RW, LKK memiliki tiga fungsi. Pertama adalah fungsi pemerintahan atau public services. Di mana RT/RW merupakan pelayanan pemerintah yang paling mendasar di dalam kaitan kepentingan administrasi kependudukan," katanya.
BACA JUGA:Suguhkan Pentas Seni, Sedekah Bumi Bertabur Hadiah
Dari sana, kata Dani, memberikan dukungan anggaran menjadi bagian terpenting kaitan kepentingan untuk melaksanakan fungsi tersebut. Ia menambahkan, bahwa RT/RW memiliki fungsi pembangunan. Sampai hari ini RT/RW tidak memiliki kepastian anggaran untuk melaksanakan fungsi pembangunan setiap tahunnya. “Dani-Fitria pastikan untuk APBD berikutnya akan kita alokasikan 5 persen dari total APBD setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Kota Cirebon ke depan," tutup Dani.
Sementara itu Eti Herawati menanggapi jawaban tersebut. Eti menjelaskan bahwa komitmen yang disampaikan 5 persen dari Rp1,8 triliun (total APBD Kota Cirebon) kurang/lebih bukan sekitar Rp200 juta seperti yang disampaikan Paslon 1. Eti mengatakan bahwa 5 persen, bahkan setelah dikurang DAK hasilnya yaitu lebih dari Rp350 juta.
Di tengah penjelaskan itu, Dani Mardani melakukan interupsi. Kembali menegaskan bahwa, katanya, Rp200 juta yaitu hitungan setelah dikurangi DAK, seperti yang telah disampaikan Dani ketika pertama menjawab pertanyaan tersebut.
“Ini hitung-hitungan (sudah, red) dikurangi dana alokasi khusus, nah ini satu hal tentu ini komitmen yang dilakukan kami sejatinya adalah," jelas Eti, merespons Dani namun waktu yang diberikan untuk menanggapi telanjur habis.
Selanjutnya, Paslon 2 memberikan pertanyaan kepada Paslon 3. Suhendrik meminta Paslon 3 menjelaskan gagasan program ekonomi hijau dan biru. Farida menjawab, dengan terlebih dahulu memastikan jika yang dimaksud adalah tentang ekonomi digital.
Ia menjelaskan bahwa ekonomi digital yaitu ekonomi berbasis teknologi digital dalam bertransaksi perdagangan atau bisnis. “Program kami Paslon 3 yaitu UMKM Melek Digital dan E-Government," kata Farida.
Kemudian, Edo melanjutkan, bahwa ekonomi hijau dan ekonomi biru sudah modernisasi, perlu ada peningkatan-peningkatan dan sosialisasi secara terus-menerus. Sehingga bisa dilakukan oleh semua pelaku-pelaku ekonomi. Dan pemerintah harus terus turun ke bawah untuk mensosialisasikan.
“Sehingga banyak juga yang tidak mengerti sampai saat ini juga ada ekonomi biru, ada ekonomi merah dan itu juga kan belum mengerti sebetulnya kan. Nah nanti Paslon 3 tentunya akan memberikan satu pembekalan, satu sosialisasi, satu pelatihan bahkan pendidikan yang memang nanti itu akan menuju kepada yang diharapkan," imbuh Edo.
BACA JUGA:Musnahkan Barang Bukti dari 140 Perkara Pidana
Suhendrik menanggapi. Bahwa, katanya, yang disampaikan Paslon 3 tidak menjawab pertanyaan. Karena yang dimaksud dengan ekonomi hijau, kata Suhendrik, yaitu orientasi pertumbuhan ekonomi berbasis menjaga kelestarian lingkungan. Sementara untuk ekonomi biru, Suhendrik menjelaskan, adalah pertumbuhan ekonomi berbasis pengelolaan ekonomi laut.
“Jadi sementara kami di Paslon 2 betul-betul memperhatikan dua aspek itu sebagai ekonomi masa depan untuk kota Cirebon dalam 5 tahun ke depan. Pengelolaan ekonomi biru kita akan optimalkan potensi laut, baik itu pantai maupun isinya. Ekonomi hijau kita upayakan jangan sampai pertumbuhan ekonomi mengganggu kelestarian lingkungan," pungkas Suhendrik. (sam/abd/ade)