Panduan Memilih Pemimpin
Ilustrasi--
Oleh: Dedy Sutrisno Ahmad Sholeh
RASULULLAH SAW memberikan sejumlah pesan kepada umat Islam, agar mereka memberikan perhatian yang sungguh-sungguh menyangkut masalah imamah (kepemimpinan).
Ketika Rasulullah SAW meninggal dalam usia 63 tahun, peristiwa menarik yang dapat kita kaji dari peristiwa itu adalah peristiwa ketika sebelum jenazah Rasulullah dikuburkan atau dimakamkan.
Ternyata pada waktu itu para sahabat sudah disibukan dengan sebuah kegiatan memilih pemimpin pengganti beliau.
Itulah peristiwa Saqifah, yaitu sebuah peristiwa untuk pertama kali umat Islam melakukan debat argumentatif tentang siapa pemimpin yang layak dan pantas tampil menjadi pengganti Rasulullah Saw untuk memimpin urusan dunia.
BACA JUGA:Unit Jibom Brimob Jabar Sterilisasi Gereja
Beliau umpamanya sejak mengemukakan, “idzaa khoroja tsalaatsatun fii safarin falil ammiruu ahadahum” “Kalau orang-orang Islam itu keluar sejumlah tiga orang lebih, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang diantaranya menjadi pemimpin”.
Ada sejumlah pernyataan Nabi yang memerintahkan kepada umat Islam, agar mereka konsen untuk memikirkan dan mempersiapkan serta menampilkan pemimpin yang dipilih oleh mereka. Pernyataan-pernyataan Rasulullah Saw yang banyak itu dikemas dalam sebuah pernyataan Umar Bin Khatab yang kemudian populer di tengah masyarakat kita.
Umar mengatakan, “laa islaama illaa biljama’ati walaa jama’ata illaa bil imaaroti walaa imaarota illaa biththoo’ati walaa thoo’ata illaa bil bai’ati” “Islam itu tidak akan tegak tanpa organisasi yang baik dan organisasi yang baik tidak akan ada tanpa ada imamah (kepemimpinan) yang baik, dan kepemimpinan yang baik tidak mungkin terwujud tanpa adanya kepatuhan dari yang dipimpin dan kepatuhan tidak mungkin ada tanpa sebuah proses ikrar atau bai’at (persetujuan) dari orang-orang yang dipimpin”
Rasulullah SAW berulang kali memberikan panduan dan bimbingan kepada umat menyangkut masalah kepemimpinan. Sahabat Abu dzar pernah bertanya, bahkan dalam hadits lain ia menyebutkan meminta tentang kepemimpinan itu.
BACA JUGA:Nataru, Tim Gabungan Inspeksi Armada Bus
Nabi segera memberikan komentar yang di dengar oleh para sahabat waktu itu, “yaa abadzaar innaka dho’iifun innahaa amaanatun wainnahaa rizyun wadadaamatun illaa man akhodza bihaa wa’addalladzii tumina bihaa”
“Ya Abadzar, engkau ini lemah, jangan coba-coba jadi pemimpin. Setiap jabatan kepemimpinan itu akan melahirkan penyesalan dan kesedihan. Kamu akan sedih dan menyesal. Kecuali bagi mereka yang mampu mengambil untuk memperoses kepemimpinan itu dengan baik dan bagi mereka yang mampu tampil menjadi pemimpin dengan cara yang baik”.
Rasulullah SAW juga memberikan sebuah pelajaran kepada kita menyangkut tentang kepemimpinan dan jabatan itu dihadapan ratusan para sahabat di masjid Nabawi. Sehingga hadits itu dikatakan sebagai hadits Masyhur. Karena di dengar oleh ratusan sahabat.