Panduan Memilih Pemimpin

Ilustrasi--

Beliau mengatakan, “alaa fantadhirissaa’ah”, “Sahabatku tunggu waktu kehancurannya”, “Kalau amanah sudah disia-siakan, tunggu waktu kehancurannya”.

BACA JUGA:Henny Rosdiana Jadi Ketua Apdesi Kuningan

Para Sahabat serentak bertanya, “wamaa ‘idhoo’atuha yaa Rasuulallooh,” “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud menyia-nyiakan amanah, yang memberikan dampak dan akibat kehancuran?” Rasulullah Saw menyatakan, “idzaa wusidal amru illaa ghoiri ahli fantadhirissaa’ah” “Kalau sesuatu urusan itu diserahkan kepada bukan ahlinya, tunggulah waktu kehancurannya”.

Pesan-pesan moral dari Rasulullah SAW ini tentunya penting dan mesti dijadikan pegangan dan pedoman bagi setiap muslim. Ketika dia memilih pemimpin dalam tingkat manapun yaitu serahkanlah segala urusan itu kepada mereka yang memang memiliki keahlian di bidang urusannya. 

Rasulullah SAW mengatakan, “khoiru a’immatikum alladziina tuhibbuunakum wayuhibbuunakum watusholluuna ‘alaihim man yusholluuna ‘alaikum” “Sebaik-baik pemimpin kamu adalah mereka yang kamu cintai dan mereka pun sebetulnya sangat cinta kepadamu. Kamu sayang kepada mereka dan mereka pun sayang kepadamu. Kamu hormat kepada mereka dan mereka pun hormat kepada kamu”. 

“wa sirooru a’immatikum alladziina tabghodhuunahum wa yabghodhuunakum watal’anuunahum wa yal’anuunakum” “Sejelek-jelek pemimpin kamu adalah yang kamu sendiri benci kepada mereka dan sebetulnya mereka pun benci kepada kamu. Kamu melaknat mereka dan mereka pun melaknat kamu”.

BACA JUGA:Angka Kekerasan Anak Meningkat

Empat sifat penting yang harus dimiliki seorang pemimpin itu seperti sifat yang harus dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. Pertama, Shiddiq, yaitu benar, bukan pembohong. Kedua, amanah, yaitu jujur, tidak pengkhianat. Ketiga, Fathonah, yaitu cerdas, dan yang keempat adalah Tabligh, yakni mampu menyampaikan dan mengkomunikasikan konsep serta mampu pula mengkomunikasikan visi dan misi yang akan dia lakukan.

Mudah-mudahan apa yang disampaikan dan disabdakan oleh Rasulullah SAW dapat mendorong kita untuk melakukan kajian lebih mendalam tentang perinsip-prinsip imamah di dalam Islam dan juga memberikan pedoman serta panduan kepada kita untuk melaksanakan tugas yang akan kita laksanakan.

Wallahu a’lam. (*)

 

Penulis adalah pemerhati masalah sosial budaya dan pendidikan, alumni Jurmalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung

Tag
Share