Enam Kecamatan Rawan Longsor, Hari Ini BPBD Lakukan Asesmen Pergerakan Tanah di Desa Beber

Ilustrasi-DOKUMEN-RADAR CIREBON

Potensi bencana alam di Kabupaten Cirebon cukup tinggi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon pun memetakan empat potensi bencana di Kabupaten Cirebon.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Dr Deni Nurcahya MSi mengatakan, ada empat potensi bencana di Kabupaten Cirebon dari banjir, longsor, puting beliung dan kebakaran.  

Lebih lanjut, dikatakan Deni, untuk wilayah rawan longsor dan pergerakan tanah berada di enam kecamatan, antara lain Kecamatan Waled, Sedong, Beber, Sumber, Greged dan Dukupuntang. 

“Daerah rawan longsor itu ada di enam kecamatan, dan perbatasan dengan Kuningan. Disana sering terjadi pergerakan tanah,” kata Deni, saat dihubungi melalui sambungan selularnya, Senin (21/10).

Ia pun mengaku, sampai saat ini pihaknya belum mengetahui secara pasti penyebab pergerakan tanah di Desa Beber yang ramai diperbincangkan di media. “Kalau penyebab pastinya masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Tapi memang wilayah tersebut berbukit dan tebing, sehingga rawan pergeseran tanah,” terangnya. 

Menurutnya, BPBD berencana melakukan asesmen lapangan untuk mengetahui kondisi terkini dan risiko yang lebih rinci. “Besok (Selasa), kami akan melakukan asesmen guna memetakan situasi di lapangan,” imbuhnya.

Sebelumnya, pergerakan tanah terjadi di RT 02 RW 07 Blok Pon Desa Beber Kecamatan Beber. Akibatnya, permukaan tanah yang semula rata menjadi ambles. 

Bahkan, sejumlah rumah warga mengalami retak- retak pada bagian dinding. Kondisi itu membuat warga setempat khawatir, jika dibiarkan membuat bangunan ambruk.

“Akibat pergerakan tanah, rumah mengalami retak-retak dan khawatir ambruk jika tidak ada antisipasi dari pihak terkait,” ujar salah seorang warga, Maemunah.

Dirinya menduga, pergerakan tanah ini terkait dengan pembangunan perumahan di sekitar lokasi yang berlangsung beberapa tahun terakhir. “Semenjak ada perumahan, rumah kami mulai retak saat hujan deras. Dulu, saat rumah masih dari bilik, tanah tidak pernah bergerak. Tapi setelah rumah diperbaiki, malah retak,” katanya.

Maemunah menyebutkan, pergerakan tanah terjadi kemungkinan akibat pengerukan tanah yang terlalu dalam di area perumahan. Hal tersebut, menurutnya, menyebabkan tanah di sekitar, termasuk sawah milik warga, ikut retak.

“Pergerakan tanah mungkin karena ada pengerukan perumahan. Sebelumnya tidak ada, tapi sejak ada perumahan dua tahun lalu, dinding rumah mulai retak dan bak mandi jadi sering bocor,” ungkapnya.

Maemunah mengaku sudah melaporkan kejadian ini kepada RT dan RW setempat. Bahkan, Bhabinkamtibmas sempat meninjau lokasi, namun hingga kini belum ada solusi yang ditemukan. “Kami berharap ada tindakan agar kondisi di sini tidak semakin parah. Mungkin perlu diurug atau bagaimana, karena kalau malam hari jalan di sini berbahaya, takut jatuh,” paparnya. (sam)

Tag
Share