Tujuan Epistemik Pendidikan
Ilustrasi--
Oleh: Dede Fajriadi, M.Pd.
PENDIDIKAN mempunyai banyak tujuan, dan tidak semuanya bersifat epistemik. Misalnya saja, seringkali dianggap sebagai persyaratan bagi demokrasi yang berfungsi dengan baik bahwa seseorang harus mempunyai pemilih yang berpengetahuan dan juga berpendidikan.
Jika hal tersebut benar, maka pendidikan memiliki fungsi politik. Kita mungkin juga berpikir bahwa akses terhadap pendidikan adalah hak asasi manusia yang mendasar, sehingga jika tidak diberikan akses terhadap pendidikan – seperti yang banyak terjadi pada anak-anak di beberapa belahan dunia – berarti mereka tidak mendapatkan hak-hak dasar mereka.
Salah satu konsepsi tentang tujuan epistemik pendidikan, yang lebih banyak ditemukan di kolom surat kabar dibandingkan karya para ahli teori pendidikan, adalah apa yang kita sebut dengan model ‘bucket’.
Dalam pandangan ini, tujuan utama pendidikan hanyalah untuk menanamkan banyak keyakinan sejati yang berguna dan keterampilan kognitif dasar kepada siswa, sehingga mereka dapat mereproduksi keyakinan sejati tersebut, atau mewujudkan keterampilan kognitif dasar tersebut, ketika diminta untuk melakukannya.
BACA JUGA:Mendefiniskan Pengetahuan, Bagaimana Memulainya?
Misalnya, dalam pandangan ini seseorang mungkin menganggap penting bagi siswa untuk mengetahui banyak fakta penting – seperti tabel perkalian, apa ibu kota negara Indonesia, dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu, orang mungkin berpikir bahwa kemampuan untuk mewujudkan keterampilan kognitif tertentu yang berguna – seperti penguasaan aritmatika dasar – juga sangat penting.
Teori pengetahuan dalam bidang pendidikan mencakup berbagai pandangan dan pendekatan yang mempertimbangkan bagaimana pengetahuan diperoleh, disampaikan, dan diterapkan oleh individu dalam konteks pembelajaran. Berikut adalah beberapa perspektif teori pengetahuan dan implementasinya dalam pendidikan, bersama dengan pendapat para ahli:
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan dibangun oleh individu melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Jean Piaget, seorang psikolog kognitif, mengembangkan teori konstruktivisme dan menggambarkan tahap-tahap perkembangan kognitif anak.
BACA JUGA:Leadership in Bureaucracy Reformation
2. Kognitivisme
Kognitivisme menyoroti peran proses kognitif, seperti pemrosesan informasi, memori, dan pemecahan masalah dalam pembentukan pengetahuan. Jerome Bruner, seorang psikolog kognitif, menekankan pentingnya struktur pembelajaran yang dapat membantu pemahaman dan penggunaan konsep.