Pembangunan Berkelanjutan
Oleh: Norma Andina Gumanti*
JIKA dalam stand up comedy terdapat istilah “dua kata lucu”, maka penulis menemukan suatu istilah dalam konsep perencanaan yakni “dua kata sakti”.Istilah ini memang agak memaksakan, tidak lucu, dan tidak se-sakti julukannya.
Bila pembaca melakukan pencarian dengan kata kunci sesuai judul tulisan ini, akan muncul berbagai tulisan dengan nuansa betapa menjanjikannya konsep pembangunan berkelanjutan bila dijalankan dengan sungguh-sungguh. Dua kata sakti yang dimaksud adalah pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan adalah serangkaian tujuan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang secara populer disebut dengan Sustainable Development Goals atau SDGs.
BACA JUGA:Di Antara Ketakutan dan Kebahagiaan
Dilansir melalui laman sdgs.bappenas.go.id, pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan tentu saja, berkelanjutan.
Untuk memenuhi ketercapaian SDGs, terdapat 17 tujuan yang saling terkait dan saling mendukung untuk mengatasi berbagai tantangan global.
17 tujuan tersebut meliputi (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi, dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Dari 17 tujuan yang termuat dalam SDGs, menunjukkan bahwa ada banyak dimensi untuk mengukur apakah suatu upaya pembangunan itu berkelanjutan atau tidak.
BACA JUGA:IKN Siap Dihuni ASN, Proses Pemindahan Pegawai Negeri Kembali Diundur
Pada tulisan ini, tentu tidak akan cukup untuk membahas semua tujuan. Tetapi penulis tergelitik pada satu pemikiran: apa yang terjadi bila bencana tiba-tiba datang dan meluluh lantakkan semuanya? Apa yang bisa dibangun? Apa yang bisa dilanjutkan?
Apa hubungannya pembangunan berkelanjutan dengan bencana? Korelasinya ada dua skenario. Yang pertama adalah pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk meminimalisasi dampak kejadian bencana.
Sementara yang kedua adalah apa-apa yang telah dibangun dapat tetap bertahan (setidaknya minim kerusakan) apabila bencana datang.
Contoh dari skenario yang pertama adalah apabila kita memiliki tata kota yang ideal komposisinya antara ruang terbuka hijau dan bangunan/gedung.