Unma Kembangkan Budidaya Bawang Putih Lokal di Dataran Rendah

Universitas Majalengka (Unma) berupaya mendorong peningkatan kualitas produksi bawang putih Starmil 99, varietas asli Majalengka.-dokumen -tangkapan layar

MAJALENGKA - Universitas Majalengka (Unma) berupaya meningkatkan kualitas produksi dan pemasaran bawang putih varietas Starmil 99.

Inisiatif ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Desa Nunuk Baru, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka.

Penanggung jawab kegiatan dari Fakultas Pertanian Universitas Majalengka, Dadan Ramdani Nugraha, menjelaskan bahwa kegiatan ini diimplementasikan melalui kolaborasi dengan Faperta Unma, Faperta Unigal, DKP3 Majalengka, Pemdes Nunuk Baru, dan petani lokal.

BACA JUGA:KPU Indramayu Catat Sebanyak 4.858 Orang Pemilih Difabel

"Kolaborasi antara pemangku kepentingan ini bertujuan untuk mengembangkan budidaya bawang putih lokal di dataran rendah"

"Penelitian terbaru di Desa Nunuk Baru menunjukkan bahwa varietas bawang putih lokal Starmil 99 memiliki potensi hasil yang tinggi, terutama jika ditumpangsarikan dengan cabai rawit," paparnya pada Selasa, 24 September 2024.

Dadan menyebutkan bahwa pengabdian ini didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) untuk memaksimalkan potensi pengembangan tanaman bawang putih di dataran rendah.

BACA JUGA:Serap Aspirasi Pedagang, HM Ridho Suganda Kunjungi Pasar Siliwangi dan Los Pasar Barat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bawang putih Starmil 99 yang ditanam di dataran rendah adaptif dan cepat berproduksi, dengan masa panen yang lebih cepat dibandingkan varietas lainnya.

"Dengan hasil yang tinggi dan efisiensi lahan yang optimal, pola tumpang sari antara bawang putih dan cabai rawit sangat layak dikembangkan di dataran rendah," tuturnya.

Dadan menjelaskan bahwa sistem tumpang sari ini memberikan petani peluang lebih besar untuk meminimalkan risiko gagal panen dan memaksimalkan keuntungan dari dua komoditas sekaligus.

BACA JUGA:Jalankan Program Tridharma Perguruan Tinggi, BEM STT Gelar Bakti Sosial

Sistem tumpang sari dengan cabai rawit berpotensi memberikan keuntungan ekonomi signifikan, dengan keuntungan bersih sebesar Rp247.800.000 per hektare (Ha) per musim.

"Selain keuntungan finansial, usaha tani ini juga berdampak positif pada aspek sosial, menyerap tenaga kerja lokal hingga 134 hari kerja pria dan 141 hari kerja wanita per hektare per musim," paparnya.

Tag
Share