DEEP Indonesia Sebut Lucky Hakim Sebagai Contoh Pemimpin Tidak Teladan, Alasanya Pernah Mundur dari Jabatannya

Rabu 14 Aug 2024 - 11:57 WIB
Reporter : Raswidi Hendra Suwarsa
Editor : Raswidi Hendra Suwarsa

INDRAMAYU - Mendekati Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 Serentak pada bulan November mendatang, satu per satu nama calon gubernur-wakil gubernur, walikota-wakil walikota, serta calon bupati-wakil bupati mulai bermunculan.

Salah satu yang menarik adalah adanya nama Lucky Hakim yang digadang-gadang maju di Pilkada 2024, menjadi calon bupati Indramayu. 

Hal tersebut, menurut Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, Neni Nur Hayati, menunjukkan sebagai contoh pemimpin tidak teladan.

BACA JUGA:Ono Surono : Posisinya Fleksibel, Bisa Fitria Jadi Calon Wakil Walikota atau Walikota

Sebab, kata Neni, Lucky Hakim sudah pernah mundur dari jabatannya sewaktu menjadi wakil bupati Indramayu. Saat ini, kata dia, justru mau mencalonkan diri sebagai bupati Indramayu.

"Kita juga bisa menilai bahwa Pak Lucky yang mengundurkan diri. Menurut saya itu bukan menjadi sosok pemimpin teladan ya"

"Karena, justru di tengah berbagai macam gempuran-gempuran, pemimpin itu kan ditantang untuk bisa bagaimana kemudian menyelesaikan. Bukan malah mundur," katanya kemarin.

BACA JUGA:Program Debas, Dorong Masyarakat Bisa Nikmati Ketersediaan Air Bersih

Adapun hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI), yang menunjukan Lucky Hakim unggul dari kontestan calon bupati Indramayu lainnya, dinilai Neni bukan karena kapasitasnya.

“Itu hanya popularitas Pak Lucky saja, karena beliau masih punya status artis. Jadi, elektabilitas, popularitas, apalagi memang artis, itu masih menjadi magnet untuk pemilih kita, bukan hanya di Indramayu tanpa mempertimbangkan bagaimana visi dan gagasannya," tutur Neni.

"Jadi, saya melihat, tetap Pak Lucky Hakim ini bukan sosok pemimpin yang teladan," tambahnya.

BACA JUGA:Cimplo, Makna Dibalik Pembuatan Kue Tradisional di Bulan Safar

Diusungnya calon pemimpin yang punya atau pernah punya status artis dari partai politik (parpol) ini, lanjut dia, sebenarnya sempat disinggung sebagai strategi marketing politik instan.

Yang mana, dengan strategi tersebut, parpol tidak perlu susah payah untuk mencari calon yang bakal diusung. Karena, status artis tersebut dirasa sudah cukup untuk meraup suara.

"Karena partai sudah punya mesin politik (calon yang diusung dari kalangan artis), maka nggak perlu capek-capek kalau mengusung artis. Karena sudah dikenal juga oleh masyarakat, termasuk di Indramayu," jelasnya.)

Kategori :