CIREBON- Pencegahan stunting terus dilakukan oleh Pemkab Cirebon.
Salah satunya, dengan menggelar kegiatan sosialisasi Sekolah Siaga Kependudukan dan Advokasi Program Kependudulan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di salah satu hotel di Jalan Tuparev, kemarin.
Dalam sosialisasi itu, kedepannya setiap sekolah akan disisipkan pelajaran atau materi terkait stunting.
Sehingga, siswa yang merupakan calon pengantin menjadi paham terkait stunting, dan asupan gizi untuk keluarganya.
Dalam kegiatan itu, Sekda Kabupaten Cirebon, Dr H Hilmi Riva’i MPd menyampaikan, butuh kerja sama semua pihak agar pencegahaan kasus stunting di Kabupaten Cirebon bisa teratasi dengan baik. Salah satunya dengan program di sekolah.
BACA JUGA:Penganggaran Dinilai Terlalu Rumit, Hambat Pengembangan Potensi Wisata Desa
“Kita menyiasati dengan memasukkan materi-materi tentang kependudukan terutama stunting di sekolah melalui kurikulum. Kita susun kurimulumnya, bukan menambah mata pelajaran, tapi menambah sisipan-sisipan di kurikulum yang diselenggarajan di dunia pendidikan,” katanya.
Menurut Hilmy, untuk memulai pencegahan stunting itu tidak bisa dari bayi, tidak bisa diawali dari ibunya dan satu lini saja. Tetapi, pendidikan ini menjadi poin yang paling penting karena ada anak calon orang tua.
Selain itu, lanjutnya, pendidikan tentang stunting ini disiapkan untuk generasi 20 hingga 30 tahun kedepan. Karena, salah satu program pemerintahan yang akan datang adalah sebagai fenomena membentuk kesiapan generasi kedepannya.
BACA JUGA:Posisi Sejumlah Pama Polres Kuningan Bergeser
“Kalau ibu hamil selesai hari itu, anak yang stunting selesai hari itu. Tapi kalau di dunia pendidikan, kita menyiapkan generasi 20 sampai 30 tahun yang akan datang,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kepala DPPKBP3A Kabupaten Cirebon, Hj Eni Suhaeni SKM MKes mengatakan, dalam kegiatan sosialisasi Sekolah Siaga ini, ada beberapa materi tentang kependudukan, keluarga berencana dan pembangunam keluarga.
Sasarannya adalah anak-anak sekolah, karena mereka sangat rentan.
“Jadi kenapa memilih sekolah, karena mereka (anak sekolah, red) sangat rentan, seperti perkawinan anak masih tinggi, kemudian masalah stunting juga masih tinggi,” ujarnya.
BACA JUGA:Antisipasi Terjadinya Kebakaran Hutan, BPBD Kuningan Laksanakan Program Sekat Bakar