Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kasus sebelum pandemi yang rata-rata penemuannya di bawah 600.000 per tahun.
”Deteksi TB mirip dengan deteksi Covid-19, yakni jika tidak diuji, tidak dideteksi, dan tidak dilaporkan, maka angka kasusnya akan terlihat rendah sehingga terjadi underreporting, yang mengakibatkan pengidap TB berkeliaran dan berpotensi menularkan karena tidak mendapatkan pengobatan,” katanya.
Evi menjelaskan bahwa TBC dikategorikan sebagai penyakit menular, dan beberapa kelompok yang berisiko tinggi tertular TB termasuk orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh, petugas medis yang sering merawat penderita TB, lansia, anak-anak, pengguna Napza, penderita ginjal stadium lanjut, orang yang mengalami kekurangan gizi, penderita pecandu alkohol, perokok, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti penderita HIV/AIDS, kanker, diabetes, orang yang menjalani transplantasi organ, dan lain sebagainya. (abd/adv)