Mulia Bersama Alquran

Minggu 31 Mar 2024 - 15:33 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Oleh: Imam Nur Suharno*

RAMADAN adalah bulan Alquran. Alquran sebagai panduan kehidupan bagi umat manusia. Tidak ada satu pun sisi kehidupan kecuali Alquran telah memberikan panduan secara lengkap, mulai dari hal yang terkecil hingga yang terbesar.

Manusia tinggal mengikuti panduan itu, pasti mulia dan mengantarkan kesuksesan hidup di dunia di akhirat. 

Oleh karena itu, teruslah bergerak mengikuti aturan Alquran. Dari Hudzaifah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu sekalian beredar bersama kitab Allah (Al-Quran) ke mana saja ia beredar.” (H.R. Hakim).

Malaikat Jibril disebut ar-Ruhul al-Amin karena sebagai pembawa wahyu Alquran (Q.S. As-Syu’ara [26]: 192-194); Nabi Muhammad SAW sebagai manusia termulia dan pemimpin para Nabi karena diberi mukjizat Alquran (Q.S. Al-Isra [17]: 88); dan Ramadan yang awalnya biasa menjadi bulan yang mulia karena di dalamnya diturunkan Al-Quran (Q.S. Al-Baqarah [2]: 185).

BACA JUGA:Balada Konsumerisme Ramadan

Pun dengan kita sebagai manusia biasa, jika ingin menjadi manusia mulia dan bahagia -apapun status, jabatan dan harta- maka jangan pernah jauh dari Alquran. Teruslah bergerak dan hidup berada di bawah naungan Alquran.

Malaikat Jibril menyimak tadarus Alquran Rasulullah setiap bulan Ramadhan. Utsman bin Affan biasa mengkhatamkan tadarus Alquran setiap hari sekali.

Imam Syafii mengkhatamkan tadarus Alquran sebanyak enam puluh kali di bulan Ramadhan, Al-Aswad setiap dua hari sekali, Qatadah setiap tiga hari sekali, serta tiap malam pada sepuluh malam akhir bulan Ramadan.

Terkait larangan Nabi SAW mengkhatamkan Al-Quran kurang dari tiga hari, Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Sesungguhnya larangan dari Nabi SAW untuk mengkhatamkan Al-Quran kurang dari tiga hari berlaku jika dilakukan secara rutin. 

BACA JUGA:Saat Arus Mudik Lebaran, Korlantas Polri Bentuk Tim Urai Kemacetan

Adapun untuk waktu-waktu yang utama, seperti bulan Ramadan, lebih-lebih pada malam-malam lailatul qadar, atau di tempat-tempat yang dimuliakan, seperti di Makah bagi orang yang memasukinya, selain penuduknya, adalah disunahkan untuk memperbanyak tadarus Alquran.

Hal itu dalam rangka mencari keutamaan waktu dan tempat tersebut. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishak, dan yang lainnya.” (Raghib As-Sirjani dan Muhammad Al-Muqaddam dalam bukunya Madrasah Ramadhan).

Itulah gambaran kesibukan manusia-manusia pilihan yang senantiasa tidak pernah jauh dari Alquran. Mereka selalu berada dalam naungan Alquran. Hidup di bawah naungan Alquran adalah suatu kenikmatan yang tiada tara. 

Nikmat yang tidak akan dapat dirasakan oleh siapapun kecuali oleh orang yang pernah merasakannya. Demikian kata Sayyid Quthb dalam pembukaan tafsirnya Fii Dzilaal Alquran (di bawah naungan Alquran). 

Tags :
Kategori :

Terkait