Harga Pangan Melonjak, El Nino Penyebabnya?

Senin 04 Mar 2024 - 17:46 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Di bulan Oktober-Desember 2023 misalnya, telah terjadi peningkatan luas bera (lahan tidak ditanami) hingga 2,24 juta hektar secara nasional.

Hal ini menjadi sebuah warning bahwa akan terjadi penurunan produksi padi di bulan Januari dan Februari 2024. Organisasi Pangan Dunia atau Food Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2023 telah menyusun rencana aksi dan mitigasi dampak ekstrem El Nino (FAO’s El Nino Anticipatory Action and Response Plan).

Publikasi tersebut menguraikan langkah-langkah mitigasi dampak El Nino pada bidang pertanian dan ketahanan pangan. 

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi prioritas program tersebut. Implementasi program tersebut diantaranya dengan membangun early warning system dalam digital agriculture.

BACA JUGA:Dana BOS Fokus Buat Bayar Gaji Guru, Bukan Untuk Biaya Program Makan Siang Gratis Siswa

FAO Indonesia juga mendorong agrifood system yang menghubungkan secara langsung kalkulasi besaran kebutuhan konsumsi pangan dengan potensi produksi yang dimiliki.

Sayangnya penurunan produksi pangan dampak El Nino ini bersamaan dengan momen pemilu. Hal ini membuat perhatian pemerintah terbagi dengan isu-isu politik.

Bansos bahan pangan yang digelontorkan pada masa kampanye, berdampak pada pengurangan stok pangan di saat harga meningkat pasca pemilu. 

Pengurangan stok ini turut mendorong harga pangan menjadi naik. Sesungguhnya, El Nino bukan merupakan satu-satunya penyebab tingginya kenaikan harga pangan saat ini.

BACA JUGA:Dosen Untag Cirebon Ikuti Kegiatan Coaching Clinic Untuk Tingkatkan Kompetensi

Hal lain yang cukup krusial untuk segera diperbaiki adalah menyangkut tata kelola niaga pangan di Indonesia. Kenaikan harga pangan seringkali tidak dinikmati oleh petani, melainkan oleh pemodal besar yang menguasai mata rantai perdagangan pangan.

Pemerintah perlu melakukan perbaikan dan percepatan langkah-langkah menuju stabilitas pangan. Impor beras dan operasi pasar hanyalah solusi jangka pendek yang belum sepenuhnya menyentuh substansi utama persoalan pangan di Indonesia. (*)

Penulis adalah Statistisi Madya BPS Kabupaten Cirebon

Tags :
Kategori :

Terkait