Harga Pangan Melonjak, El Nino Penyebabnya?

Senin 04 Mar 2024 - 17:46 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

BACA JUGA:Pelunasan Biaya Haji Tahap II Dibuka, Pendamping Lansia Harus Ada Rekomendasi Dokter

Sementara itu, IOD merupakan fenomena penyimpangan Suhu Muka Laut (SML) di Samudra Hindia. Penyimpangan ini ditandai dengan adanya perbedaan suhu permukaan laut antara Samudera Hindia bagian Barat (Laut Arab) dan Samudera Hindia bagian Timur (Selatan Indonesia).

IOD mengubah pergerakan atmosfer dan masa udara. Hal ini menyebabkan berkurangnya curah hujan di Indonesia dan anomali cuaca lainnya.

Kombinasi El Nino dan IOD akan mempengaruhi pola panas di atmosfer dan pola cuaca secara global. Akibatnya, musim kemarau tahun 2023 lebih kering dengan curah hujan yang rendah dan bahkan sangat rendah. Intensitas curah hujan yang rendah terjadi pada periode Juli-Oktober 2023.

Dampak El Nino bagi Pertanian

BACA JUGA:KPK Cecar Pengusaha Hanan Supangkat Soal Pekerjaan Proyek di Kementan

El Nino dan IOD memiliki pengaruh besar terhadap sektor pertanian, sumber daya air, energi dan kesehatan manusia. Bagi sektor pertanian, adanya El Nino dan IOD dapat menggeser musim tanam dan musim panen, meningkatkan potensi gagal panen, menurunkan kualitas tanaman serta dapat memicu serangan hama.

Beberapa hama tanaman seperti wereng, ulat dan kutu daun akan berkembangbiak dengan cepat dalam kondisi cuaca yang panas dan kering. Jika tidak diatasi dengan baik, kondisi ini akan menurunkan produktivitas tanaman.

Langkah Antisipatif

Dengan menggunakan perkembangan teknologi, potensi dampak El Nino seharusnya sudah bisa dipetakan di mana wilayahnya, kapan akan terdampak dan seberapa besar dampaknya. 

BACA JUGA:Tingkat Kunjungan Masih Rendah

BMKG perlu lebih pro aktif menyebarkan informasi perubahan iklim kepada petani. Di sisi lain para petani juga perlu pendampingan dan edukasi untuk bisa beradaptasi dengan perubahan pola musim serta mengadopsi praktik penanaman yang lebih tahan kekeringan. 

Perbaikan infrastruktur pengelolaan air untuk pertanian menjadi hal penting untuk dilakukan seperti rehabilitasi jaringan irigasi, waduk, situ dan embung. Berdasarkan data Potensi Desa, terdapat peningkatan jumlah irigasi dan embung di Jawa Barat dari 5.064 unit tahun 2018 menjadi 5.537 unit tahun 2021. 

Namun jumlah danau, waduk, situ dan mata air justru mengalami penurunan dari 4.107 unit tahun 2018 menjadi 3.839 unit tahun 2021. Begitu juga dalam menghitung produksi padi, BPS telah menggunakan metode Kerangka Sampling Area (KSA). 

Dengan menggunakan KSA, potensi panen padi bisa diprediksi dengan lebih akurat sejak masa tanam. Hal ini menjadi salah satu masukan bagi pemerintah untuk mengambil langkah antisipatif. 

BACA JUGA:Pj Walikota Cirebon, Akui Mutasi Pejabat Akan Diumumkan Setelah Lebaran

Tags :
Kategori :

Terkait