SUMBER-Jumlah stunting di Kabupaten Cirebon turun. Pasalnya, awal tahun 2024, jumlah stunting di angka 13.353 anak. Jumlah tersebut sudah mengalami penurunan sebanyak satu persen dibandingkan dengan sebelumnya.
Demikian diungkapkan Wakil Bupati Cirebon, Hj Wahyu Tjiptaningsih SE MSi kepada Radar Cirebon, kemarin.
Menurut perempuan yang akrab disapa Ayu itu, idealnya angka penurunan stunting itu tiga persen, agar bisa mencapai target dari pemerintah. Namun saat ini, baru satu persen. Meski demikian, pihaknya (Pemkab Cirebon, red) bersama seluruh stakeholder terus memiliki semangat bersama untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Cirebon.
“Kami tetap optimis, target penurunan angka stunting di Kabupaten Cirebon bisa sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Oleh karena itu, saat ini kami sudah bekerjasama dengan sejumlah pihak, untuk menekan angka stunting,” ujar Ayu kepada Radar Cirebon, Rabu (24/1).
BACA JUGA:Minta Kuwu Tidak Asal Pecat Perangkat Desa
Sebab, kata Bunda Ayu, stunting ini bukan hanya masalah anak kekurangan gizi saja, namun juga perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan. Salah satu bentuk upaya pencegahan stunting tersebut, lanjut Ayu, dengan melakukan kerja sama dengan Dinas Pendidikan, agar bisa memberikan Tablet Tambah Darah (TTD) bagi para remaja putri di sekolah.
“Ada juga kecamatan yang melakukan inovasi, dengan menggelar makan bersama di sekolah disertai meminum Tablet Tambah Darah (TTD) secara bersama-sama,” terangnya .
Menurutnya, hal lainnya yang saat ini dilakukan untuk pencegahan dan penanganan stunting di Kabupaten Cirebon, yaitu dengan meningkatkan anggaran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dari masing-masing desa.
“Jika sebelumnya, PMT di sejumlah desa hanya dianggarkan sebesar Rp5000 per orang, saat ini mengalami kenaikan dengan anggaran Rp10 ribu per orang,” ungkapnya.
BACA JUGA:Bupati Minta Berikan Pelayanan Kesehatan Terbaik
Ayu mengaku, pihaknya akan selalu mendorong para kader untuk memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Karena penyebab stunting ini juga bukan hanya masalah ekonomi, namun juga mengenai pemahamannya.
Tidak jarang pula, ada anak yang berasal dari keluarga mampu, namun ternyata menderita stunting. Hal tersebut disebabkan karena ketidakpahaman mengenai makanan sehat dan bergizi yang perlu diberikan kepada anak-anak.
Selain itu, banyak juga kasus stunting yang disebabkan karena pengasuhan anak yang diserahkan kepada pengasuh atau anggota keluarga lain, misal neneknya. Sehingga, anak tersebut tidak mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi. “Karena memang, angka stunting itu didominasi oleh pola asuh yang salah, terutama dalam hal makanan,” pungkasnya. (sam)