Jembatan Hati
ilustrasi-istimewa-
Oleh: Abdul Rozak*
SEKIAN puluh anak-anak SD berjuang menuju sekolah dengan menyeberang sungai. Mereka memaksakan diri setiap hari agar sampai di sekolah, agar mendapatkan ilmu hidup.
Mereka tidak pernah menyerah menjalani keseharian. Mereka terbiasa melawan ketidakbiasaan yang akhirnya menjadi kebiasaan.
Mereka mengakrabi air. Mereka bersenang diri menyeberang sungai dengan berjalan telanjang kaki atau dengan menggunakan perahu sederhana.
BACA JUGA:Optimistis Wujudkan Target Zero Kemiskinan Ekstrem
Mereka menyadari bahwa menyerah lebih memberatkan mereka menjalani hidup selanjutnya. Mereka tidak mengeluh karena keluhan tidak akan menyelesaikan masalah.
Mereka hanya meminta kepada siapa pun yang bisa untuk membangunan jembatan. Jembatan akan menjadi media kemudahan menyiapkan kehidupan mereka.
Jembatan akan mempercepat tiba di sekolah dengan tidak khawatir terbawa arus. Mereka khawatir, tetapi lebih khawatir lagi tidak berilmu,
Terkadang kita sering melupakan hal sederhana dengan memikirkan hal besar yang belum tentu berguna bagi kehidupan banyak orang.
BACA JUGA:Pecahkan Rekor MURI, Ribuan ASN Promosikan Sarung Tenun Lokal
Kita sering membicarakan banyak hal yang dianggap perlu dan penting bagi pihak tertentu. Akan tetapi, tidak berguna bagi kebanyakan orang, hanya didengarkan oleh beberapa orang.
Setelah itu lenyap tanpa bekas. Begitu banyak orang berbicara tentang banyak hal, atas nama kepentingan bangsa umpamanya dengan berbagai kajian.
Kajian-kajian itu disampaikan dengan maksud utama memberitahukan kepada masyarakat (mungkin sebagian mendengarkan atau didengarkan selintas oleh sebagian kecil) agar mereka paham kemudian berubah sesuai dengan keinginan teks.
KIta luput membicarakan jembatan yang sangat dibutuhkan rakyat, terutama anak-anak yang bersemangat menyiapkan masa depannya.