Wawancara dengan Mahfuz Sidik: Mampukah Indonesia Menjadi Superpower Baru?

Jumat 22 Dec 2023 - 20:28 WIB
Reporter : Amirul I
Editor : Amirul I

Tapi itu kondisi yang harus dialami dan dijalani. Hingga lahirlah Orde Baru pada 1967 yang mulai membangun stabilitas politik dan menyusun rencana pembangunan jangka panjang, yang tahapannya disebut Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun).

Hasilnya selama 32 tahun Orde Baru, Indonesia menikmati stabilitas politik dan pembangunan ekonomi yang mengantarkan kita sebagai new developing country atau Negara berkembang baru.

Tanya:
Tapi Orde Baru kan banyak dikritik otoriter dan penuh KKN, sehingga pemerintahannya jatuh pada 1998?

Jawab:
Ya setiap Orde pasti ada kekurangan dan kelemahannya. Itu juga dialami oleh Orde Lama dan Orde Reformasi.

BACA JUGA:Pemuda Losari Lestarikan Seni Barongan Berusia 200 Tahun

Tugas kita semua adalah memperbaiki dan meminimalkan kelemahan dan kekurangan itu melalaui partisipasi politik.
Tetapi jatuhnya Orde Baru juga tidak terlepas dari agenda kekuatan politik global yang mulai melihat Indonesia sebagai ancaman baru bagi mereka.

Tanya:
Jadi bagaimana kita melihat potret Orde Baru yang berjalan selama 32 tahun itu?

Jawab:
Harus kita akui dengan obyektif bahwa Orde Baru berhasil mengokohkan Indonesia sebagai Negara Bangsa. Kita bersepakat dengan falsafah Pancasila, semboyan Bhineka Tunggal Ika, pentingnya stabilitas politik dan proses pembangunan yang berkesinambungan.

Indonesia saat itu diakui juga sebagai pemimpin ASEAN (Pehimpunan Negara Asia Tenggara), anggota OPEC (Organisasi Pengekspor Minyak) yang berpengaruh, dan anggota OKI (Organisasi Negara Muslim) yang dinilai mewakili negeri muslim terbesar. Kami menyebut tahap ini sebagai Gelombang Menjadi Negara Bangsa Modern.

BACA JUGA:Sedimentasi, Nelayan Sulit Melaut

Tanya:
Lalu ketika terjadi Reformasi 1998, bagaimana Pak Mahfuz memaknainya?

Jawab:
Reformasi 1998 menandai titik masuk baru Indonesia ke dalam tananan dunia baru yang terbuka dan tanpa batasan, dan demokrasi seperti menjadi sistem politik tunggal dunia.

Itulah yang disebut globalisasi. Semua Negara, termasuk Indonesia dipaksa untuk berintegrasi dengan sistem global. Negara yang menolak dengan mudah dijatuhkan.

Di sinilah kita hidup sekarang. Dunia yang nampak sempit tanpa batas, perdagangan dunia yang menjadikan negara seperti pasar kecil, teknologi komunikasi-informasi yang menyambungkan semua orang sebagai warga dunia, demokrasi sebagai hak mutlak setiap orang, kebebasan yang menjadi prinsip paling kuat.

BACA JUGA:SMP Telekomunikasi Sekar Kemuning Padukan Ilmu Agama dan Kemampuan IT

Tiba-tiba kita sebagai bangsa dan Negara seperti berada di tengah lapangan besar dengan banyak kerumunan orang. Mereka yang kuat dan unggul akan menang dan mendapat banyak keuntungan.

Kategori :