Oleh: Endang Kurnia*
GLOBALISASI di abad ke- 21 semakin menghapus batas antara negara dalam aspek ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Dampak positifnya termasuk kemudahan akses informasi dan transportasi, munculnya metropolitan baru, serta inovasi dalam sains dan teknologi.
Ekonomi antarnegara saling terhubung, sehingga kondisi ekonomi satu negara dapat mempengaruhi negara lain.
BACA JUGA:Sederhana
Interaksi antarmasyarakat yang meningkat juga menyebabkan pertukaran budaya dan perubahan, meskipun tidak signifikan dalam jangka pendek, termasuk dalam penggunaan bahasa.
Bahasa, terutama bahasa ibu, perlu mendapat perhatian serius sebagai alat transfer budaya.
Penggunaan lebih dari satu bahasa dapat menyebabkan seleksi bahasa, yang mengakibatkan bahasa lokal terpinggirkan.
Sebelum globalisasi, interaksi antarmasyarakat di Nusantara telah memicu perubahan bahasa, baik positif maupun negatif.
BACA JUGA:Catat! Tol Jogja-Solo Bakal Berlaku Tarif Mulai 2 November 2024, Pukul 00.00 WIB
Perubahan positif mencakup penambahan kosakata dan penggunaan bahasa untuk transfer pengetahuan. Sebaliknya, dampak negatif termasuk penghilangan bahasa tertentu dan persepsi rendah terhadap ibu.
Neoliberalisme sebagai Ancaman Bahasa Ibu Jawa Barat kaya akan budaya dan bahasa, dengan berbagai bahasa daerah yang mencerminkan keragaman etnis.
Kepunahan bahasa sering disebabkan oleh orang tua yang tidak mengajarkan bahasa ibu kepada anak-anak mereka dan tidak menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari.
Sikap masyarakat terhadap pelestarian bahasa sangat berpengaruh. Jika orang tua tidak aktif mentransmisikannya, risiko kepunahan akan meningkat.
BACA JUGA:Singkronkan Data Bapenda, DPRD Majalengka Datangi Hotel Fitra