CIREBON- Setiap bulan Safar, masyarakat Cirebon dan sekitarnya selalu disibukkan dengan tradisi membuat kue apem.
Tahun ini, tradisi tahunan tersebut kembali dilakukan oleh keluarga Keraton Kasepuhan Cirebon pada Rabu 4 September 2024 lalu.
Kue apem, yang memiliki cita rasa tawar, biasanya disajikan bersama cairan gula merah dan parutan kelapa.
BACA JUGA:Setelah Dena M Ramdhan Jadi Kader Golkar, Kini Giliran Eman Suherman Miliki KTA Gerindra
Tradisi ini tidak hanya melibatkan pembuatan kue apem, tetapi juga pembagiannya kepada tetangga atau masyarakat sekitar, memperkuat nilai kebersamaan dan guyub di antara warga Cirebon.
Di Keraton Kasepuhan, prosesi Ngapem diawali dengan doa bersama di Langgar Alit, yang kemudian dilanjutkan dengan prosesi Tawurji.
Tradisi ini merupakan bagian dari perayaan Rabu Wekasan, yang jatuh pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.
BACA JUGA:Beredar di WAG Pj Bupati Brebes Terjangkit Cacar Monyet, Ini Faktanya
Menurut cerita, tradisi Ngapem ini sudah dilakukan sejak zaman Sunan Gunung Jati, di mana pada masa itu, apem juga dibagikan kepada masyarakat sekitar keraton dan keluarga keraton.
Antusiasme masyarakat untuk terlibat dalam tradisi ini sangat terasa. Mereka dengan setia mengikuti setiap prosesi yang dilakukan.
BACA JUGA:5 Hektar ex TPA Grenjeng Jadi RTH Tambahan
Tradisi Ngapem di Keraton Kasepuhan tidak hanya melibatkan warga setempat, tetapi juga menarik wisatawan dari berbagai kota.
Patih Sepuh Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Goemelar Soeriadiningrat, menjelaskan bahwa sebelum prosesi Ngapem dan Tawurji, Keraton Kasepuhan telah melaksanakan tradisi Bekaseman.
Bekasem adalah ikan yang difermentasi dan disimpan di dalam gentong dengan bumbu khas.
BACA JUGA:Jalan Pantura Lama Bypass Widasari Gelap Gulita, PJU tak Berfungsi