Oleh: Ami Supriyanti
SEMPAT kita lihat antrean kendaraan menyemut di depan beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk membeli solar.
Tentu, yang membanjiri adalah kelompok kendaraan bermuatan berat, muatan logistik, bahkan muatan penumpang.
Kendaraan tersebut rela menyemut berjam-jam untuk sampai di tempat tujuan tanpa embel-embel teguran dari bos. Mereka tak mau ceperen hangus karena tidak mendapatkan solar untuk melakukan perjalanan.
Namun, pembahasan kita bukan di sini. Urusan solar sudah ada yang berkepentingan untuk bertanggung jawab melayani konsumennya.
BACA JUGA:Mengontrol Pergaulan Bebas
Bahkan fenomena ini menjadi tradisi di akhir tahun karena kebutuhan meningkat, bisa juga karena oknum tidak bertanggung jawab untuk memperbanyak stok solar dalam rangka memenuhi kebutuhan menjelang tahun baru.
Lalu, di mana letak masalahnya? Penasaran? Simak! Masih dalam ruang lingkup menu SPBU yang setia menemani rutinitas kita dalam berkendara agar tetap prima. Menu itu antara lain solar, bensin: Pertalite, Pertamax, Pertamax Green, dan Pertamax Turbo.
Berbagai varian jenis bensin, tetapi masyarakat sulit untuk pindah ke lain hati dalam penyebutan jenis bahan bakar saat mengisi kendaraannya. Jenis bahan bakar yang dimaksud adalah bensin.
Bensin terlalu melekat di hati konsumen karena harganya murah, berwarna kuning. Jika beli eceran, maka akan dikemas dalam botol bekas minuman Stanley. Hal itu dianggap unik, sehingga sulit untuk ditinggalkan. Namun, keberadaan bensin saat ini sangat langka.
BACA JUGA:Buka Pelayanan 24 Jam Penuh
Kita sulit untuk menemukan bensin meski itu di toko-toko pinggir jalan yang menjual bensin dengan cara eceran per liter. Fenomena di masyarakat dapat kita lihat dari penjelasan berikut: Pertama, dikemas dalam botol bekas minuman Stanley, warna hijau gelap, harga Rp12.000 per liter tetapi masyarakat tetap menyebut itu bensin. Padahal itu adalah Pertalite.
Kedua, tuturan konsumen, “Beli bensinnya satu!” Namun, penjual justru mengambilkan bahan bakar yang dikemas dalam botol bekas minuman Stanley berwarna hijau gelap dengan sebutan Pertalite. Ketiga, tuturan seorang Bapak mengajak anaknya untuk mengisi bahan bakar di SPBU. “Tunggu sini dulu ya, Bapak mau beli bensin.”
Lagi-lagi yang diberikan petugas SPBU adalah bahan bakar berwarna hijau gelap yang disebut Pertalite. Apakah salah atau gagal move on dengan bensin? Sejak dahulu, masyarakat disuguhkan dengan bahan bakar jenis bensin dengan warna kuning. Saat ini, barang itu sulit ditemui keberadaannya.
Bahkan boleh juga dikatakan langka, karena di SPBU pun kita tidak pernah menjumpai atau sengaja dialihkan ke jenis yang lain.