Pertemuan Khusus WHO Fokus Soroti Kondisi Gaza
Retno Marsudi-ist-radar cirebon
pertemuan khusus Dewan Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi secara tegas mengecam perlakuan Israel terhadap Gaza. Ia menggambarkan kondisi Gaza sebagai neraka setelah terus bertambahnya jumlah korban tewas akibat konflik Israel dengan Hamas.
Retno merinci bahwa rumah sakit-rumah sakit di Gaza telah menjadi sasaran serangan yang meluas, bahkan RS Indonesia terpaksa berhenti beroperasi sejak 16 November karena desakan Israel Defence Force (IDF) terhadap pemindahan suplai medis. Langkah ini Retno sebut sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional.
"Perintah Israel Defence Force (angkatan bersenjata Israel) agar suplai medis dipindahkan dari Khan Younis ke gudang yang lebih kecil di Rafah merupakan pelanggaran berat hukum internasional dan hak asasi manusia,” kata Retno ketika menyampaikan keterangan pers secara daring.
Fasilitas kesehatan di Gaza mengalami keterbatasan yang sangat memprihatinkan, hanya 13 dari 36 rumah sakit yang masih beroperasi, sementara perlengkapan medis, obat-obatan, makanan, air bersih, bensin, dan listrik semakin terbatas. Lebih lanjut, lebih dari 70% fasilitas pelayanan kesehatan di Gaza tidak lagi berfungsi, sementara penyebaran penyakit menular juga semakin tinggi, dengan ribuan kasus infeksi pernafasan akut dan diare.
BACA JUGA:153 Negara Dukung Genjatan Senjata
Menteri Marsudi menegaskan pentingnya peran Indonesia dalam pertemuan untuk mendesak perbaikan fasilitas kesehatan, perlindungan terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan, termasuk Rumah Sakit Indonesia. Dewan Eksekutif WHO, sebuah organ eksekutif di bawah World Health Assembly, menjadi forum penting di mana kekhawatiran global atas krisis kemanusiaan Gaza diungkapkan dan solusi-solusi konkret dibahas.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock juga menyuarakan keprihatinan mendalam atas kondisi Gaza. Baerbock menyoroti betapa pentingnya perlindungan terhadap warga sipil di Gaza, terutama perempuan dan anak-anak yang menjadi kelompok yang paling menderita di tengah konflik ini.
Jerman telah menambah komitmennya untuk memberikan bantuan ke wilayah Palestina, dengan alokasi dana mencapai 179 juta euro. Baerbock menekankan pentingnya langkah konkret dari komunitas internasional untuk meringankan penderitaan di Gaza dan memastikan bantuan mencapai dengan cepat. (ant)