Waktu Guru dan Professional Burnout
ilustrasi-dokumen -tangkapan layar
Hari ini, hal-hal ini semua telah diwajarkan. Waktu guru yang sebelumnya dihormati, sekarang diabaikan. Menyedihkannya, sesama pendidik sendiri yang justru mewajarkan penyepelean waktu guru itu.
BACA JUGA:BPJS Kesehatan Capai 99,9 Persen, Bupati Nina Raih Penghargaan UHC
Batas antara waktu yang dapat dikelola oleh guru sendiri dan waktu yang dikelola manajemen dan birokasi menjadi kabur bahkan hilang.
Hari ini, merupakan sbuah kewajaran jika pihak manajemen mengirim pesan di malam hari atau pada akhir pekan, dan guru diharapkan segera menanggapinya.
Dengan dalih “professional” guru sekarang harus available atau siap menjalankan perintah. Di waktu bersamaan, ekspektasi terhadap guru semakin tinggi.
Apakah praktik yang sedang diwajarkan ini searah dengan hakikat profesi keguruan? Apakah praktik ini akan membawa kebaikan bagi para siswa?
BACA JUGA:Program Pertanian Masuk Sekolah, Siswa SMPN 3 Sliyeg Dibekali Ilmu Pertanian
*Penghargaan
Profesi guru adalah profesi yang sangat penting namun penuh dengan tantangan. Beban kerja yang berat, tekanan dari berbagai pihak, dan kurangnya waktu untuk diri sendiri dapat menyebabkan kelelahan profesi.
Tiap guru harus dipastikan memiliki keluwesan dalam mengelola waktunya. Ini syarat utama agar para murid berpeluang mengalami pembelajaran yang dirancang secara optimum oleh guru. Untuk itu, perlu ada upaya sungguh-sungguh membudayakan penghargaan bagi waktu guru.
Tiap institusi pendidikan perlu mengusung kebijakan yang melindungi waktu guru dalam pengembangan diri sekaligus memenuhi kebutuhan pribadinya.
BACA JUGA:Amalkan Dasa Darma Pramuka, SDN Bima Bagikan Ratusan Nasi Kotak
Otonomi guru mengelola waktu merupakan syarat utama dalam pengelolaan Pendidikan. Dengan begitu, guru dapat menjalankan peran mereka dengan lebih baik dan terhindar dari kelelahan profesi yang merugikan.
Administrasi pendidikan perlu mengedepankan isu keletihan profesi ini. Khususnya, jika pengerdilan terhadap waktu guru tak ditangani, berbagai masalah baru akan mengekor sejumlah isu klasik yang sudah ada, seperti kebutuhan ekonomi, tuntutan profesionalisme, dan kebugaran jiwa.
Dan untuk guru-guru Indonesia jangan lupa Bahagia! (*)