Apalah Arti Sebuah Gelar

Ilustrasi gelar haji.-istimewa-

BACA JUGA:Pj Walikota Disambut Tarian Saman Siswa SMP Islam Al Azhar, Monotoring MPLS

Salah satu caranya adalah dengan membuka Konsulat Jenderal pertama di Arabia pada 1872. Tugas konsulat ini adalah mencatat pergerakan jamaah dari Hindia Belanda, dan mengharuskan mereka memakai gelar dan atribut pakaian haji agar mudah dikenali dan diawasi.

Saat ini dalam beberapa kasus, gelar haji sering kali disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Ada orang-orang yang memamerkan gelar haji mereka, seolah-olah itu adalah simbol status sosial yang lebih tinggi.

Sikap ini tentu bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan kesederhanaan dan kerendahan hati.

Kasus Geni Faruk dan Thariq Halilintar menjadi contoh nyata dari fenomena ini. Geni Faruk terlihat begitu terobsesi dengan gelar haji putranya, bahkan sampai menegur MC acara lamaran Thariq yang tidak menyebut gelar haji tersebut. Sikap ini memicu reaksi dari berbagai pihak, yang menganggapnya sebagai sikap sombong dan gila hormat. 

BACA JUGA:Jelang Sidang PK Saka Tatal, PN Cirebon Masih Irit Bicara

Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua orang yang menggunakan gelar haji memiliki niat yang buruk. Bagi sebagian orang, gelar haji adalah sebagai pengingat diri untuk selalu menjaga ketaatan dan menjalankan ibadah dengan lebih baik.

Hal ini sesuai yang disampaikan oleh dai muda Ustadz Adi Hidayat (UAH), yang dikutip dari situs liputan6.com. Menurutnya, penyematan panggilan “Haji” atau “Hajjah” bukanlah sebuah gelar kehormatan, melainkan sebuah pengingat bagi mereka yang telah menunaikan ibadah haji. Serta Ia menegaskan bahwa panggilan tersebut mengingatkan seseorang untuk menjaga perilaku dan ibadahnya.

Sekali lagi UAH kembali menegaskan bahwa makna mendalam dari panggilan "Haji" atau "Hajjah" adalah untuk memastikan bahwa mereka yang telah menunaikan ibadah haji tidak kembali kepada perilaku buruk yang telah mereka tinggalkan.

Selain itu, melansir dari tvOnenews.com, menurut pandangan salah satu pendakwah, yakni Buya Yahya. Dalam suatu ceramahnya, Buya Yahya menilai panggilan “Haji” atau “Hajjah” ini memang selalu menjadi perdebatan dan bisa memicu permusuhan.

BACA JUGA:Momen HBA, Kejari Kota Cirebon Gelar Kegiatan Sosial

Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Bahjah Cirebon itu menganggap orang yang dipanggil “Haji” atau “Hajjah” bisa menjadikan seseorang termotivasi untuk berubah.

Tak hanya berubah, Buya Yahya berpendapat agar seseorang mendapat gelar tersebut dijadikan semangat untuk bisa kembali pergi ibadah haji. 

Lalu, bagaimana kita menyikapi fenomena ini? Penting sekali kita memahami sejarah dan budaya di balik penyematan gelar haji di Indonesia.

Gelar haji dulunya memiliki makna sebagai penanda bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah haji yang penuh perjuangan dan pengorbanan. Gelar ini juga menjadi simbol kehormatan dan prestise di masa lampau.

Tag
Share