Keong Sawah, dari Hama Menjadi Hidangan di Atas Meja Makan

Keong sawah-istimewa-

BACA JUGA:Sering Bohong dan Sulit Dikendalikan

Seperti olahan sate keong sawah. Pertama-tama keong harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran dan lendir yang menempel pada cangkangnya, pisahkan daging dengan cangkangnya kemudian cuci kembali menggunakan air bersih sampai bersih lalu diracik dalam bentuk, direbus sampai matang dengan menggunakan bumbu-bumbu seperti jahe, kunyit, bawang putih, dan lain-lain. 

Kemudian dipanggang/digoreng sebentar kemudian dijadikan sate yang ditaburi oleh parudan kelapa goreng/serundeng hingga dihidangkan dengan kecap manis/pedas dan nasi putih.

Untuk sup dan soto keong sawah biasanya, untuk penggati daging ayam/sapi yang disajikan dengan nasi putih. Sedangkan untuk tutut gurih pedas keong sawah, pertama-tama keong sawah harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran dan lendir yang menempel pada cangkangnya, lalu, potong bagian belakang pada cangkang keong. 

Kemudian, dibersihkan kembali menggunakan air bersih sampai bersih setelah itu, keong direbus atau ditumis dengan bumbu-bumbu seperti bawang putih, jahe, lengkuas, santan dan cabai rawit atau rempah-rempah lainnya untuk mendapatkan cita rasa yang tentunya gurih dan pedas sehingga disajikan pada meja makan untuk disantap bersama keluarga. 

BACA JUGA:Pelindo Fasilitasi Mediasi dengan Warga Pesisir

Keong sawah atau tutut ternyata menyimpan kandungan gizi tinggi yaitu, makronutrien berupa protein dalam kadar yang cukup tinggi pada tubuhnya serta kalsium, rendah kolesterol, mineral, karbohidrat, dan phosfor. Dan tentunya memiliki kandungan vitamin yang cukup tinggi juga, dengan dominasi vitamin A, E, niacin dan folat (menurut Positive Deviance Resource Centre). 

Para peneliti menyebutkan bahwa keong sawah sebenarnya memiliki kandungan nutrisi dan kandungan gizi yang tinggi. Bahkan kandungan kalsiumnya lebih dari susu.

Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Agriculture, Makurdi, Nigeria tersebut menyebutkan bahwa di Afrika Barat dan Eropa, Afrika Barat, dan Asia. 

Selain protein, keong sawah juga mengandung serat kasar sekitar 0,01 persen. Hal ini disebabkan oleh aktivitas berenang keong dalam air yang lebih berat daripada merangkak di darat. Kemudian, jumlah lipid keong sawah hanya 0,09 persen, lebih rendah dibandingkan dengan hewan lainnya. 

BACA JUGA:Ensutouch, Skincare dengan Teknologi Enzim dari Buah Nanas Pertama di Dunia

Ini membuktikan bahwa penggunaan keong sawah ampuh untuk pengobatan hipertensi. Penelitian yang dilaksanakan oleh para peneliti ini membuat keong sawah kaya manfaat.

Terlepas dari itu semua, ada perasaan yang sangat disayangkan. Ini terjadi siput air tawar yang hidup pada area persawahan dizaman sekarang ini mulai susah untuk ditemukan habitat keberadaannya lantaran, penyebabnya adalah cara proses penanggunalang pembasmian hama pada tanaman padi oleh para petani kebanyakan menerapkan cara yang instan untuk proses pemberantasan hama dan pemulihan penyakit, seperti melaksanakan penyemprotan hama padi menggunakan cairan pestisida dimana pemakaiannya yang cukup tinggi. Sehingga ini yang mengakibatkan penurunan habitat pada keong sawah.

Carilah keong sawah yang baik untuk dikonsumsi sebelum masa penyemprotan hama padi berlangsung oleh para petani, sehingga kita bisa memanfaatkannya menjadi olahan kuliner menggugah selera yang senantiasa bisa disajikan dimeja makan kita. 

Oleh karenanya kuliner keong sawah kaya nilai gizi dan memiliki manfaat sangat baik ini, dikategorikan sebagai kebudayaan kearifan lokal Nusantara yang harusnya patut dijaga dan dilestarikan oleh kita sebagai masyarakat Indonesia. (*)

Tag
Share