Situs Keramat Bulak, Kian Terawat dan Ramai
TERAWAT: Pintu masuk Situs Keramat Bulak tampak kokoh dari Jalan Raya Jatibarang.-dok-radar indramayu
INDRAMAYU-Situs Keramat Bulak, yang terletak di Desa Bulak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu, merupakan salah satu situs bersejarah dan budaya yang menarik untuk dikunjungi.
Juru Kunci Situs Keramat Bulak, Riyana Ade Putra mengatakan, situs ini diyakini sebagai tempat bertapa Pangeran Suryanegara, putra Sultan Cirebon, sekitar tahun 1600-an.
Riyana menjelaskan, keberadaan Situs Keramat Bulak erat kaitannya dengan legenda Pangeran Suryanegara yang dikirim oleh ayahnya, dari Kesultanan Cirebon ke Bulak.
“Konon, Pangeran Suryanegara bertapa di tempat ini selama bertahun-tahun dan mendapatkan kesaktian luar biasa. Situs ini juga diyakini memiliki kekuatan magis dan menjadi tempat yang dihormati oleh masyarakat setempat,” kata Riyana.
BACA JUGA:Anugerah ASN 2024 Masuk Tahap Seleksi Nasional
Menurutnya, situs ini erat kaitannya dengan monyet. Sekumpulan monyet yang dikutuk oleh Pangeran Suryanegara berjumlah 41 ekor.
Monyet yang biasa ia temui saat ini ada 9-15 ekor. Bahkan, kawanan monyet seringkali tidak dapat ditemui oleh orang yang sengaja datang untuk melihatnya.
“Sekarang, sih, yang biasa saya lihat kadang ada sembilan, kadang juga ada 15-an. Pernah suatu hari mahasiswa dari kampus ternama di Jakarta datang ke sini untuk melihat monyet dan belajar tentang sejarah disini. Tapi monyetnya gak nampak satupun,” terangnya.
Selain terkenal dengan sejarah kawanan monyetnya, kini Riyana telah mengubah pandangan masyarakat tentang situs yang dulunya terlihat seram dan sepi.
BACA JUGA:Satlantas Terapkan Rekayasa Contraflow
“Di sini sekarang sudah ramai, Mas. Setiap malam Jumat kami mengadakan tawasulan untuk mendoakan Pangeran Suryanegara, nenek moyang monyet, dan para pendahulu kami,” katanya.
Dedi Supardi, salah seorang petugas kebersihan di Situs Keramat Bulak mengungkapkan bahwa situs ini sudah berubah. Lebih terawat, dan ramai.
“Dulu tempat ini dikenal seram karena banyak banyak daun kering berserakan dengan pepohonan tinggi. Sekarang, sudah rapi, Mas. Kami selalu membersihkannya setiap hari. Di hari Jumat selalu ada saja yang berkunjung ke sini untuk mendoakan para leluhurnya,” terang Dedi. (han)