Mahfuz Sidik Beberkan Makna Bersatunya Jokowi dan Prabowo

Sekjen DPN Partai Gelora Indonesia, H Mahfuz Sidik MSi.-istimewa-radar cirebon

BACA JUGA:Aa Gym Mengisi Tablig Akbar di Pendopo Majalengka

Posisi Indonesia di G-20 dan APEC makin kuat. Kita mulai dihitung sebagai kekuatan ekonomi dunia baru. Dalam ajang politik lokal, kita berhasil melaksanakan pilkada serentak di 300-an daerah dengan lancar dan aman.

Bayangkan kalau suasana pembelahan dan konflik masih kuat, akan seperti apa nasib pilkada serentak itu.

Tanya:
Dulu faktor apa saja yang memicu terjadi pembelahan politik sejak 2014?

Jawab:
Faktor paling kuat adalah jualan isu politik untuk memenangkan kompetisi. Pihak Jokowi menggadang isu nasionalisme, sementara pihak Prabowo membawa isu keumatan. Bumbu-bumbunya banyak, mulai isu komunisme, pengaruh Tiongkok, arabisasi, dan lain-lain.

BACA JUGA:Sita Rokok Kedaluarsa dan Rokok Tanpa Cukai di Majalengka

Lahirlah stigma label cebong dan kampret. Faktor lain, semangat politik keumatan yang dimobilisasi untuk menjadi kekuatan perlawanan.

Namun tidak ada ruang untuk proses moderasi karena pikirannya adalah menang dan kalah. Terakhir, factor media sosial yang menjadi dunia baru penuh hoax, disinformasi, propaganda dan penggiringan opini secara sistematis dan massif. Setiap detik orang bertengkar di media sosial, dan bablas lanjut pascapemilu.

Tanya:
Tapi memasuki Pemilu 2024, rekonsiliasi nampaknya berubah jadi perpecahan baru?

Jawab:
Ya benar, sangat disayangkan. Tetapi menyatunya kekuatan Jokowi dan Prabowo tetap berjalan. Yang pecah itu adalah unsur-unsur kekuatan yang ingin agenda dan kepentingan politiknya punya jalan sendiri. Itu yang menjelaskan kenapa Nasdem punya capres sendiri, dan PDIP punya capres sendiri.

BACA JUGA:Pemkab Majalengka Raih Penghargaan Anindhita Wistara Data 2023 dari BPS Pusat

Lalu kekuatan Jokowi dan Prabowo akhirnya memiliki capres-cawapres sendiri. Tetapi dengan munculnya tiga paslon, potensi dan bobot perpecahan pada Pilpres 2024 akan lebih kecil dibanding pemilu sebelumnya.

Tanya:
Lalu bagaimana menjaga ide dan proses rekonsiliasi nasional pada Pemilu 2024 ini?

Jawab:
Ya hindari faktor-faktor yang dulu membuat masyarakat kita terbelah dan bertengkar.  Misalnya mengolah politik identitas keumatan. Sekarang ada opini capres Prabowo tidak pro-ummat, padahal pada Pemilu 2014 dan 2019 begitu banyak kekuatan partai, ormas dan tokoh ummat mendukung total Pak Prabowo.

Kedua, kondisi dunia semakin tidak menentu dan perang besar dapat meledak sewaktu-waktu. Semua pihak yang berkompetisi harus sadar dan waspada betul bahwa konflik yang kita ciptakan akan mengundang intenvensi kekuatan besar di luar sana.

Tag
Share