Anak Jalanan Tanggung Jawab Siapa?

ilustrasi--

BACA JUGA:Ratusan Jiwa Terdampak Banjir

Tinggal pemerintah daerahnya saja harus move on. Selama ini kehidupan anak jalanan luput dari perhatian pemerintah daerah yang lebih suka membuat program pembangunan fisik karena mudah untuk dievaluasinya.

Pembangunan non fisik apalagi membangun sosial kemasyarakatan ini sebuah keniscayaan. Sulit untuk mengukur tingkat keberhasilannya.

Maka untuk cari aman dan cari muka ya abaikan saja. Nanti ketika ada kasus viral baru akan dibahas sesui anggaran tersedia. Lucu juga ya.

Anak jalanan dalam paradigma masyarakat ini sebatas sampah. Mengotori kota, tidak sedap dipandang, dan tudingan miring lainnya.

BACA JUGA:PAC Gerindra Bulat Dukung Keputusan DPC Usung Suhendrik di Pilkada

Padahal mereka masih saudara kita sesama umat manusia. Apalagi jika mereka orang tuanya muslim, itu saudara seagama. Seharusnya mereka dilihatnya sebagai aset bangsa potensial untuk memberi kontribusi terhadap  pembangunan.

Usia mereka mayoritas belia yang masih mungkin untuk dibentuk dan dibina oleh pemerintah punya kesempatan hidup layak yang lebih manusiawi. Negara kita punya kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi. 

Ke bawahnya ada Dinas Pendidikan. Silakan didik anak jalanan agar bisa sekolah seperti anak-anak seusianya. Kita punya Kementerian Sosial di bawahnya ada Dinas Sosial. Silakan Dinas Sosial mengurus anak jalanan agar hidupnya tidak seharian dijalanan. 

Selama ini kinerja Dinas Sosial seperti lembaga penyalur bantuan. Coba saja Dinas Sosial sudah punya program apa selain itu. Kita punya Kementerian Agama. Di bawahnya ada Kementerian Agama kabupaten dan kota. Silakan bina dan perbaiki akhlak anak-anak jalanan agar menjadi anak yang soleh solehah.

BACA JUGA:Pilkada Kota Cirebon, Ini Prediksi 3 Poros dan Pasangan yang Bakal Diusung

Ketika lampu setopan merah (di kota ) entah dari mana asalnya tiba-tiba anak jalanan menadahkan tangan minta belas kasihan.

Ada yang membawa alat musik, ada yang menjadi manusia Perak dan sebagainya. Tidak semua di antara kita peduli kepada mereka.

Kita mendengar seolah tuli, kita melihat seolah buta. Kita takut kehilangan rizki yang telah Allah berikan hari itu. Rasanya berat sekali kita untuk merogoh saku sekedar memberi uang koin.

Mereka itu butuh makan dari kita bukan untuk sekolah, bukan untuk membangun rumah. Jika bukan kita, siapa lagi yang akan menolong mereka.

Tag
Share