Tahun Baru Islam Identik dengan Pawai Obor

ilustrasi--

Oleh: Sukanda Subrata*

TAHUN Baru Islam jatuh pada tanggal 1 Muharam 1446 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 7 Juni 2024. Warga masyarakat Islam di desa-desa sepekan sebelumnya terlihat mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan untuk memeriahkan acara tahunan ini.

Salah satu acara yang ditunggu-tunggu warga adalah acara karnavalnya. Di mana para peserta karnaval diharuskan membawa obor yang terbuat dari potongan bambu berukuran antara tujuh puluh lima senti meter. Bambu itu kemudian disumbat dengan kain yang sudah direndam minyak tanah kemudian disulut.

Oleh karena kranaval itu ramainya seperti warga yang sedang pawai kampanye pilihan kepala desa maka munculah istilah Pawai Obor.

BACA JUGA:Komunikasi Dalam Bingkai Disrupsi di Era Digital

Untuk membuat sebuah obor bagi warga kampung tidak terlalu susah mencari bambu karena masih banyak tumbuh pohon bambu. Warga tinggal izin kepada si empunya minta bambu untuk membuat obor pasti diberi.

Barangkali yang susah itu jika di kampung sudah tidak ada pohon bambu, terpaksa harus membeli ke material. Rasanya hambar jika acara Tahun Baru Islam tidak dimeriahkan oleh Pawai Obor seperti lazimnya  pergantian Tahun Baru masehi tanpa mercon dan kembang api.

Apapun acaranya jika disertakan Pawai Obor pasti akan menarik perhatian warga lain. Pelita menerangi kegelapan malam menjadi nuansa tersendiri yang penuh keindahan.

Betapa cerianya suasana malam  itu menambah semangat untuk beribadah kepada sang pencipta (Allah SWT).

BACA JUGA:Suhendrik Targetkan RTH 20 Persen

Apalagi peserta Pawai Obornya  mengekor panjang seraya mengumandangkan takbir dan sholawat kepada nabi Muhammad SAW. Di kampung-kampung biasanya peserta Pawai Obor ini melibatkan santri cilik yang didampingi orang tuanya. 

Kemudian diikuti para remaja masjid, ibu-ibu majelis taklim para tokoh agama, tokoh masyarakat, perangkat desa. Mereka berbaur menjadi satu kesatuan yang kokoh seakan menunjukan kepada pihak lain seperti inilah semaraknya umat Islam ketika menyatu.

Di samping itu ada beberapa warga yang menampilkan kreasi bersama membuat  reflika benda atau bangunan tempat ibadah seperti masjid atau kakbah yang terbuat dari material sterofoam, kertas wajit, dan bambu seraya dihiasi lampu-lampu cantik.

Replika tersebut digotong bersama oleh empat orang secara bergantian. Sayangnya ada warga yang membuat replika di luar konteks historisnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan