Sampah Jadi Briket, WPS Widasari Kelolah Sampah 129 Kg Setiap Hari

Pengelola WPS Widasari sedang menjemur briket hasil olahan sampah rumah tangga.-dokumen -tangkapan layar

INDRAMAYU- Waste Processing System (WPS) Widasari Kecamatan Widasari mampu mengolah sampah yang bersumber dari sampah Saluran Cipeleng dan rumah tangga lebih dari 100 kilogram (kg) per harinya.

WPS Widasari merupakan program kolaborasi antara PT Sacna bersama Kementerian PUPR dengan Pemerintah Desa Widasari yang pengelolaannya dilaksanakan sepenuhnya oleh warga lokal yang sebelumnya sudah mengikuti pelatihan pengolahan sampah menjadi briket.

Keberadaan WPS yang baru satu bulan berjalan itu, untuk mengurangi tumpukan sampah yang menyumbat di saluran air dan sampah rumah tangga.

BACA JUGA:Jamaah Diimbau Jaga Kondisi dan Sesuaikan Aktivitas

“Berjalan sudah satu bulan, jumlah pekerja ada 12 orang termasuk 2 orang bertugas sebagai security. 4 orang pemilah sampah, 3 orang operator, 1 pemasak, ditambah pelaksana dan direktur program,” kata Pelaksana Program, Wawan Irawan pada Sabtu 29 Juni 2024.

Wawan menjelaskan, awal mula dibentuknya WPS Widasari merupakan langkah untuk mengolah sampah yang menyangkut di pintu air Saluran Cipelang Widasari yang terbawa arus air. 

Namun, seiring berjalannya waktu mulai melakukan pengolahan sampah rumah tangga yang ada di masyarakat. Hal itu dilakukan agar mengurangi sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk.

BACA JUGA:Ragam Curhat Warga saat Pemilu Awal: Butuh Jaringan PDAM Plus Sosialisasi Pilkada

“Alhamdulillah, sampah yang dibuang ke TPA Pecuk setelah sampah dipilah dan diolah paling satu minggu hanya satu bak kontainer saja, ini kan jelas sangat berdampak pada pengurangan volume sampah di TPA Pecuk, karena ada sampah yang di bisa diolah seperti kaca, besi dan beberapa jenis sampah lain yang tidak bisa dicacah,” ujarnya.

Dijelaskannya, proses pengolahan sampah menjadi briket, adalah diawali dengan pemilahan sampah yang sudah terkumpul.

Setelah proses pemilahan, selanjutnya sampah dimasukan ke mesin pencacah hingga menjadi butiran lembut. Kemudian, sampah yang sudah dicacat itu dijemur hingga kadar air pada sampah cacah mencapai 35.

BACA JUGA:Eti Masih Mendominasi Pemilu Awal, Kembali Unggul di Edisi 10

Tidak sampai disitu, setelah sampah cacah kering, dimasukan ke mesin miks untuk mencampur sampah cacah dengan dua bahan lainnya yaitu tepung tapioka dan bahan aditif.

“Takarannya itu 10 kg sampah kering dicampur 800 gram tepung tapioka, dan 20 gram aditif. Setelah itu dijemur sampai kering, untuk tepung tapioka sebelum dicampur harus terlebih dulu dimasak sampai matang karena tepung inilah sebagai perekat,” beber Wawan. 

Tag
Share