Secercah Harapan Menuju Indonesia Emas 2045

ilustrasi--freepik.com

Oleh: Muhammad Rayhan Safhara*

INTAN seorang siswi sekolah menengah atas di ujung barat Indonesia, Banda Aceh, harus berjalan kaki berkilo-kilometer untuk bersekolah.

Perjalanan hampir satu jam harus ia tempuh karena jarak sekolah yang jauh dan keterbatasan biaya untuk menggunakan alat transportasi. 

Mirisnya, Intan bukanlah satu-satunya. Banyak siswa lain di Aceh Barat juga menghadapi kesulitan yang sama. Mereka harus menyeberangi sungai dengan jembatan tali dan rakit karena belum adanya akses jalan atau jembatan yang memadai.

BACA JUGA:Pemkab dan DPRD Teken 11 Perubahan Propemperda

Kondisi memprihatinkan ini ternyata tidak hanya dialami oleh generasi penerus bangsa di daerah tertentu. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar empat juta anak yang tersebar di wilayah Indonesia tidak bersekolah. 

Faktor-faktor seperti tingkat kemiskinan, pekerja anak, ketimpangan akses pendidikan, serta kesenjangan antarwilayah menjadi penyebab utama. Selain itu, kompetensi tenaga pengajar dan proses digitalisasi (disrupsi) juga masih menjadi isu pelik dalam dunia pendidikan.

Menurut hasil penelitian bertajuk Program for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Indonesia berada di peringkat ke-13 terbawah dari 81 negara yang berpartisipasi. 

Penelitian yang dirilis pada Desember 2023 tersebut diselenggarakan sebagai inisiatif global untuk memberikan gambaran holistik kualitas pendidikan suatu negara pada level internasional.

BACA JUGA:Pastikan Distribusi Sesuai Jadwal

Tidak hanya masalah pendidikan, Indonesia harus menelan pil pahit karena data Kementerian Kesehatan tahun 2022 menunjukkan bahwa 1 dari 5 anak Indonesia menderita stunting.

Stunting, menurut World Health Organization (WHO), adalah gangguan perkembangan pada anak akibat gizi buruk, terserang infeksi berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Laporan dari United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) menyatakan bahwa dalam jangka pendek, stunting dapat mengganggu perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan metabolisme tubuh.

Sedangkan dalam jangka panjang, penderita stunting mudah terserang penyakit kronis yang berdampak pada rendahnya produktivitas dan kualitas kerja.

Tag
Share