Gaji Kecil, Masih Saja Dipotong
Ilustrasi-ist-
Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) tidak seperti yang diharapkan oleh pemerintah. Sebaliknya, di antara pekerja di Kota Cirebon, terdengar keluhan tentang gaji yang kecil namun tetap dipotong untuk berbagai keperluan tanpa mempertimbangkan kebutuhan individu.
”Ironisnya, meskipun Upah Minimum Regional (UMR) sudah kecil, potongan tetap ada. Setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Bahkan jika seseorang sudah memiliki rumah, mungkin masih ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi,” ucap Irwan, seorang karyawan swasta di Cirebon, kemarin.
Dia mengatakan mengetahui tentang Tapera melalui portal berita online. Namun, dia belum membaca sepenuhnya isi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2024 tentang perubahan atas PP Nomor 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tapera.
Irwan, seorang pria berusia 32 tahun, sebenarnya berharap bahwa kontribusi 3 persen untuk Tapera sepenuhnya dibebankan kepada pemberi upah.
Dia merasa bahwa UMR di Cirebon sudah sangat minim. ”Seharusnya, biaya tersebut sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan,” ungkapnya.
UMR Kota Cirebon tahun ini adalah Rp2.533.038. Potongan 2,5 persen dari jumlah itu setara dengan Rp63.326 per bulan atau sekitar Rp760 ribu per tahun.
”Rp63 ribu per bulan hanya cukup untuk makan selama 2 atau 3 hari jika bisa hemat,” tambah Raju, seorang karyawan swasta di Kota Cirebon.
Dia menambahkan bahwa, selain masalah kesejahteraan jangka panjang seperti tabungan rumah, pemerintah juga perlu lebih mempertimbangkan kesejahteraan UMR kota/kabupaten, terutama di Cirebon. Ini adalah gaji yang diterima setiap bulan.
”Bagi pekerja dengan gaji di atas Rp5 juta, potongan 2,5 persen mungkin tidak berarti,” tegasnya.
Terlepas dari Tapera, keluhan tentang kecilnya gaji di Kota Cirebon juga disuarakan oleh Sukirno.
Seorang warga RT/RW 2/8, Kampung Karang Anom, Kelurahan Pegambiran, mengatakan bahwa UMR Kota Cirebon sangat kecil dan tidak sebanding dengan biaya hidup sehari-hari.
Menurutnya, harga barang kebutuhan di Kota Cirebon tidak jauh berbeda dengan kota-kota besar atau wilayah industri seperti Jakarta, Bekasi, atau Karawang.
”Tetapi UMR-nya jauh berbeda, hingga 2 kali lipat,” keluhnya.
Dia berharap ada peningkatan upah bagi pegawai di Kota Cirebon. Pemerintah Kota diminta untuk memperhatikan lebih detail masalah UMR tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberikan upah yang lebih layak bagi pekerja.