Eksegesis Kesurupan Linda!
SAHABAT VINA: Linda kembali mengalami kerasukan dan menyebut nama lain dalam kasus Vina dan Eky.-dedi haryadi-radar cirebon
BACA JUGA:Tidak Ada Calhaj Gagal Berangkat, Jika Ada yang Sakit Jadwalnya Bakal Digeser
Seorang sigma empath adalah pribadi tercerahkan yang dapat mengakses akashic record (sebuah super bank data raksasa yang menghimpun seluruh informasi semesta), kalau secara Islam, hal ini bernama lauhul mahfudz.
Dan seorang sigma empath (manusia tercerahkan/marifat billah) adalah seorang pejalan spiritual sejati yang dipilih oleh semesta karena kebersihan dan ketulusan hatinya.
Lantas setelah kita pahami kategorisasi kesurupan secara psikologis dan spiritual, pada jenis kesurupan manakah yang dialami oleh Linda (pertama, kedua atau jangan-jangan yang ketiga)? Dan apakah masih layak Linda disebut sebagai seorang sigma empath?
Kalau memang Linda betul-betul seorang sigma empath, maka setelah keluarnya dirimu dari sembunyimu yang tak jelas (baru-baru ini), berkata jujurlah (seterang-benderangnya kata-kata) dalam kesaksian di kepolisian dan pada publik Indonesia. Perihal apa yang kamu alami dan bagaimana caranya dirimu tahu “banyak hal” tentang kasus Vina dan Eki.
BACA JUGA:Ratusan Pedagang Demo, Minta Jualan ke Lokasi Awal, Taman Kota Kuningan dan Jalan Siliwangi
Karena menurut berita yang bertebaran sesak akhir-akhir ini, bahkan keluarga almarhumah Vina tidak mengenal sosok Pegi (tersangka yang masih kontroversial dinilai oleh masyarakat).
Lantas siapa sosok yang bisa memastikan Pegi itu pelaku sebenarnya atau bukan? Tentu jawabannya adalah Linda! Jangan sampai karena ketakutan (dan dorongan impulsif untuk tidak jujur) dalam kesaksian, seorang pria muda tidak bersalah yang berprofesi sebagai kuli bangunan dihukum berat (bahkan diancam hukuman mati).
Dan ada satu orang lagi yang “bisa jadi” tahu tentang pelaku sebenarnya, yakni ayahanda dari “salah satu korban” (entah itu korban utama ataupun korban salah tangkap). Karena dalam kesaksiannya (yang dipaparkan oleh salah seorang kuasa hukum), orang tersebut mengatakan, “beberapa waktu sebelum peristiwa yang menimpa sang anak, anaknya mengalami konflik dengan pihak tertentu”, siapa yang dimaksud pihak tertentu oleh beliau?
Terakhir, kami selaku masyarakat mendoakan agar mendiang Vina dan Eki mendapatkan ketenangan disisi-Nya dan kasus ini lekas menjumpai kebenaran faktualnya. Jangan sampai ada manipulasi kasus dan pihak-pihak lemah yang dizalimi di atas kelindan kedukaan yang dalam secara nasional.
BACA JUGA:Dalam Rangka Pemetaan ASN, 800 Kepsek Ikuti Uji Kompetensi
Dan bagi netizen, bantu selidikilah kasus ini dengan benar, bukan dengan mengotori media sosial dengan sampah-sampah hoaks (kabarnya sudah ditemukan 40 berita hoaks lebih ciptaan netizen yang menyesaki dunia maya dan membuat kebingungan komunal masyarakat kita).
Bahkan ada pula beberapa oknum netizen yang mencari keuntungan dari kedukaan bersama ini lewat hoaks yang dibuatnya. Patroli digital harus menertibkan ini semua, demi sejuk dan bersihnya dunia maya kita. Dengan ini maka berakhirlah artikel perihal eksegesis (penafsiran) dari kesurupan yang dialami oleh Linda.
Ingatlah Linda, bicara perihal kebenaran (apalagi dalam keadaan takut dan gamang) adalah tugas seorang “sigma empath” yang sebenarnya. Kali ini pasrahkanlah pikiran dan jiwamu, biarkan gelombang keberanian masyarakat yang sangat haus akan keadilan “merasuki” tubuh dan aliran darahmu!!! (*)
Penulis adalah Dosen Filsafat dan Pemerhati Spiritualitas dalam Kebudayaan