Cegah Intimidasi dengan Simpati
Ilustrasi--
Oleh: Ratna Ningsih
BULLYING (perundungan) didefinisikan sebagai tindakan agresif/penindasan yang dilakukan secara berulang terhadap seseorang yang lebih lemah atau rentan secara fisik, emosional, atau sosial.
Ini melibatkan penggunaan kekuatan atau intimidasi untuk menyakiti, menghina, atau merendahkan korban, dengan tujuan mendominasi dan mengendalikan mereka.
Bentuk perundungan berupa fisik (pukulan, tendangan, atau merampas barang), verbal (ejekan, cacian, atau ancaman), relasional (mempermalukan, mengisolasi, menyebarkan rumor).
Selain itu, dengan adanya kemajuan teknologi, juga dapat terjadi perundungan secara daring melalui media sosial.
BACA JUGA:Srikandi Damar Deklarasi Dukung Dani Mardani
Bullying biasanya dilakukan seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kekuatan atau keunggulan atas korban, seperti fisik yang lebih kuat, status sosial di masyarakat atau kelompok yang tinggi, atau keahlian tertentu.
Tujuan pelaku adalah untuk mengekspresikan dominasi, mendapatkan kepuasan, atau rasa ingin menguasai sesuatu. Dampaknya bisa sangat merugikan korban secara fisik, maupun psikologis.
Korban mungkin mengalami gangguan emosional seperti kecemasan, depresi, mempunyai rasa rendah diri yang berlebihan, dan stress berkepanjangan.
Mereka juga dapat mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial, merasa tidak aman, dan bahkan mengalami insomnia bahkan juga bisa sampai penurunan prestasi akademik. Penyebab perundungan bervariasi dan kompleks.
BACA JUGA:Oalahhh… Sosok Misterius Itu Ternyata SBH, yang Diam-diam Daftar Pilkada ke Gerindra
Sering melibatkan banyak faktor yang saling terkait antara lain: Pertama, faktor ketidakadilan sosial. Seperti ketimpangan kekuasaan, diskriminasi, atau ketidaksetaraan, dapat menciptakan lingkungan di mana intimidasi dan penindasan menjadi lebih sering terjadi.
Kedua, faktor lingkungan keluarga yang tidak sehat. Ketidakstabilan keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, kurangnya pengawasan atau perhatian orang tua, atau pola pengasuhan buruk, dapat mempengaruhi perilaku anak dan membuat mereka lebih rentan menjadi pelaku atau korban perundungan.
Ketiga, faktor kurangnya sosial dan ekspektasi tinggi. Lingkungan yang kompetitif, tekanan akademik berlebihan, atau harapan yang tidak realistis, dapat menciptakan situasi seseorang merasa perlu mengejek atau menindas orang lain. Keempat, faktor kurangnya pengawasan orang dewasa.