Warga Israel Gelar Aksi Tuntut Pengunduran Diri Netanyahu
Warga Israel mengadakan aksi protes di seluruh negeri pada Sabtu (21/12), menuntut pengunduran diri kepala otoritas Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya/-ANTARA/Anadolu/py-radar cirebon
TEL AVIV - Warga Israel mengadakan aksi protes di seluruh negeri pada Sabtu (21/12), menuntut pengunduran diri kepala otoritas Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya. Para demonstran menuduh pemerintahan Netanyahu menghalangi pencapaian gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Gaza.
Ratusan ribu orang turut serta dalam demonstrasi ini, mengkritik Netanyahu dan mengulangi tuntutan mereka agar pemerintahannya, yang dijuluki sebagai "pemerintahan paling sayap kanan dalam sejarah Israel," segera mengundurkan diri dan menggelar pemilu dini.
Aksi protes berlangsung di berbagai kota, termasuk Tel Aviv, Haifa, Beersheba, Yerusalem Barat, dan berbagai daerah lainnya. Protes terbesar terpusat di sekitar Kementerian Pertahanan di Tel Aviv, di mana para demonstran membentangkan spanduk, poster, dan plakat yang mengecam Netanyahu serta anggota-anggota pemerintahannya.
Dalam orasinya di Jalan Kaplan dekat kementerian tersebut, pemimpin oposisi sekaligus mantan kepala otoritas pemerintahan Yair Lapid berjanji untuk "menjatuhkan" pemerintahan saat pemilu dilaksanakan. Lapid menegaskan bahwa mereka tidak akan melakukan negosiasi dengan pemerintahan Netanyahu dan tidak akan mundur dari tuntutan mereka.
BACA JUGA:Donald Trump Ancaman Pengambilalihan Terusan Panama
"Kami akan menang. Bibi (Netanyahu) sebenarnya tidak semakin kuat. Rakyat tidak mendukung mereka. Tidak ada pemilu karena mereka takut akan hasilnya, karena mereka tahu kebenarannya," ujarnya dengan penuh keyakinan.
Sebelum aksi protes di Tel Aviv, Einav Zangauker, ibu dari tahanan Israel Matan Zangauker, menuduh Netanyahu menyabotase negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan di Gaza.
Zangauker mengkritik Netanyahu yang terus melanjutkan operasi militer di Gaza demi keuntungan politik dan menolak kesepakatan pertukaran tahanan.
"Mengakhiri perang bukanlah halangan atau biaya. Mengakhiri perang untuk membawa pulang semua tahanan adalah tujuannya," katanya.
BACA JUGA:Puluhan Terluka dan Korban Jiwa
Netanyahu dituduh oleh warga Israel dan opini publik internasional menolak negosiasi pertukaran tahanan dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, karena alasan politik. Diperkirakan saat ini ada 101 tahanan Israel di Gaza.
Sementara negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan terus dilakukan dengan mediasi Mesir dan Qatar, militer Israel tetap melanjutkan serangan udara intensif ke Gaza.
Dalam 24 jam terakhir, serangan Israel telah menewaskan 24 warga Palestina.
Sejak 7 Oktober 2023, serangan tersebut telah menyebabkan 45.227 warga Palestina meninggal dunia, termasuk 17.492 anak-anak dan 11.979 perempuan. Selain itu, 107.573 orang dilaporkan terluka.