Logika vs Pengalaman
Zul Jalali Wal Ikram-istimewa-radar majalengka
BACA JUGA:Dedi Siap Tuntaskan Janji
Pendidikan tidak hanya mentransfer pengetahuan tetapi juga membentuk moralitas dan nilai-nilai. Ketiga, persiapan untuk kehidupan sosial. Pendidikan mempersiapkan individu untuk hidup bermasyarakat, membangun kerja sama, dan memberikan kontribusi bagi komunitasnya.
Di era digital ini, sintesis antara logika dan pengalaman menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Teknologi memungkinkan kita mengintegrasikan teori dan praktik dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya. Pembelajaran berbasis proyek, simulasi virtual, dan eksperimen digital adalah contoh bagaimana logika dan pengalaman dapat bersinergi untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif.
Misalnya, seorang siswa yang belajar fisika tidak hanya mempelajari rumus di buku, tetapi juga mempraktikkannya melalui simulasi komputer. Hal ini tidak hanya memperkuat pemahaman teoritis mereka tetapi juga membantu mereka melihat bagaimana teori tersebut diterapkan di dunia nyata.
Pengetahuan bukanlah hasil dari satu sumber saja. Ia lahir dari harmoni antara logika dan pengalaman, antara teori dan praktik, antara berpikir dan merasakan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Plato, “Tujuan pendidikan adalah membuat manusia mencintai kebenaran.”
BACA JUGA:Jadi Pemain Favorit Lionel Messi
Dengan memadukan keduanya, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan tetapi juga membentuk manusia yang bijaksana. Di sinilah harapan kita berada: sebuah dunia di mana logika dan pengalaman berjalan beriringan, membimbing manusia menuju masa depan yang lebih cerah. (*/adv)
*Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia