Kurangi Manis dalam Makanan dan Minuman

Rahayu Setyowati SKp MKep-istimewa-radar majalengka

MAKANAN dan minuman manis saat ini menjadi trend yang sangat menarik baik dari sisi dunia kuliner maupun dari sisi konsumen. Dengan kemasan yang menarik makanan dan minuman manis sangat digemari oleh banyak orang mulai dari anak-anak hingga lanjut usia.

Rasa manis yang ada pada makanan dan minuman tersebut merupakan rasa yang ditimbulkan dari adanya gula yang ditambahkan. Kandungan gula dalam makanan dan minuman manis banyak terdapat dalam bentuk olahan sehingga bentuk asli gula sudah tidak lagi terlihat.

Makanan manis yang mengandung gula terutama pada makanan yang terbuat dari olahan tepung seperti roti, keripik, donat, kue, wafer, maupun biskuit. 

Selanjutnya minuman manis yang mengandung gula terutama terdapat pada minuman berbentuk kemasan seperti susu kemasan, teh kemasan, sirup, kopi kemasan, jus kemasan, maupun es krim. 

BACA JUGA:Kajari Majalengka Peringati Hakordia 2024

Demi memudahkan konsumen dalam mengetahui kandungan gula pada makanan atau minuman tersebut maka telah diatur oleh Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 mengenai pencantuman informasi kandungan gula, garam dan lemak serta pesan kesehatan pada pangan siap saji dan pangan olahan.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2018 didapatkan bahwa tingkat konsumsi makanan manis (87,9%) dan minuman manis (91,49%) di Indonesia sangat tinggi. Padahal telah terdapat anjuran mengenai konsumsi gula per hari agar tidak berlebihan.

Menurut  Permenkes  Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10% dari total energi (200kkal).  

Konsumsi tersebut setara dengan gula 4 sendok makan per orang per hari atau 50 gram per orang per hari. 

BACA JUGA:Pelajar Aliyah Ditemukan Tewas

Konsumsi harian makanan dan minuman manis serta konsumsi gula harian yang berlebih dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan termasuk meningkatkan risiko penyakit diabetes melitus.

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang terus meningkat prevalensinya dan menjadi beban terbesar di dunia yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular. 

Global Burden of Disease (GBD) melaporkan sebanyak 529 juta orang hidup dngan DM di dunia dengan prevalensi sebesar 6,1 % pada tahun 2021. 

Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2021, sekitar 537 juta orang dewasa hidup dengan DM, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 643 juta pada tahun 2030. 

Tag
Share