Guru Banyak yang Stres?

Ilustrasi guru mengajar di kelas.-istimewa-

BACA JUGA:3.318 PTPS Disebar di 40 Kecamatan, Awasi Pelaksanaan Pilkada Serentak

Tentu hal ini menjadi penyebab stresnya guru. Karena setiap tindakan berkaitan siswa, bisa saja disalahartikan oleh siswa sehingga membuat orangtua siswa murka.

Dan ujungnya dilaporkan ke polisi. Seperti kisah Marsono guru SDN 1 Wonosobo yang melerai siswa laki-laki yang bertengkar dengan siswa perempuan. 

Sekolah 5 hari memang perlu dievaluasi. Tujuan pemerintah mengadakan sekolah 5 hari di antaranya adalah agar siswa lebih banyak hidup di sekolah sehingga perkembangan dan pertumbuhan jiwanya dalam pengawasan guru.

Namun kenyataannya hal itu membuat lelah berkepanjangan bagi siswa dan guru. Lelah karena waktu yang panjang. Lelah fisik dan lelah psikis. Lelah yang menjadi penyerta lelahnya melaksanakan pembelajaran. 

BACA JUGA: Bagian Barjas Siap Laksanakan Lelang Dini

Kelelahan fisik dan mental tersebut memicu adanya interaksi yang buruk dengan rekan kerja. Dan hal ini menjadi penyebab panjangnaya masa steres guru, karena penyebabnya sangat dekat dan berlangsung lama. Namun hal tersebut cenderung dapat diantisipasi dengan baik. 

Kecenderungan permasalahan interaksi paling sering terjadi adalah interaksi dengan kepala sekolah. Sangat bersyukur bila suatu sekolah dipimpin oleh orang yang faham dengan kepemimpinan. Segala sesuatu dimusyawarahkan dan direncanakan serta diorganisasi dengan baik. 

Kepala sekolah sekarang ini bukan lagi jabatan prestasi tapi jabatan “politik”. Maka jaminan bahwa yang akan menjadi kepala sekolah adalah orang baik-baik, tidak bisa digaransi.

Justru yang ditemui di lapangan banyak sekali kepala sekolah yang arogan, menganggap bawahan sebagai alat semata, tidak mau menerima kritik dan saran, pengambilan keputusan bersifat terpusat, hanya melibatkan anggota lain dalam tim berdasarkan tugas atau kebutuhan. 

BACA JUGA: Tekan Kerjasama dengan Forum Komunikasi Difabel Cirebon, Wujudkan Desa Ramah Penyandang Disabilitas

Pilihan kata yang kasar pada saat mengoreksi dan diilakukan di tempat umum. Kurang memberi apresiasi atas berbagai prestasi.

Dan itu terjadi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini menjadi keluhan guru yang tidak pernah ditanggapi. Tak ada yang peduli, begitu kata guru. Hal lain yang memicu guru mengalami burnout atau stres adalah  gaji yang tidak sebanding. 

Hal ini dialami oleh guru-guru yang mengajar pada sekolah yang berjumlah murid sedikit dengan yayasan yang tidak sehat. Di beberapa sekolah swasta, guru digaji jauh dari UMR. Bahkan ada yang kisaran 300 ribuan. Keadaan ini tentu sangat tidak ideal.

Maka tidak aneh bila mendengar beberapa guru yang nyambi mencari penghasilan dengan bekerja pada sore hingga malam hari. 

Tag
Share