Meneladani Kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz
-ilustrasi-net
BACA JUGA:Buruh Ngotot UMK 2024 Naik 15 Persen
Jika seorang pemimpin dihadapkan dengan dua program yang sama-sama penting maka ia akan mengutamakan program yang lebih penting karena berorientasi kepada kemaslahatan rakyat banyak.
Jadi orientasinya adalah apa manfaat yang dirasakan oleh rakyat, bukan apa dan seberapa besar manfaat yang didapatkan oleh pemimpin dan kelompoknya. Menjadi pemimpin itu ada batasan waktunya, maka selagi memimpin maka manfaatkan kepemimpinan untuk memberikan manfaat seluas-luasnya kepada kepentingan rakyat banyak. Ketahuilah bahwa setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di dunia dan di akhirat.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala negara), adalah pemimpin manusia secara umum, dan akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya.” (H.r. Bukhari dan Muslim).
Keberhasilan seorang pemimpin itu tidak terletak pada kemampuannya duduk manis di kursi singgasana kepemimpinan, melainkan pada kemampuannya duduk di hati orang-orang yang dipimpinnya. Hal itu terwujud dalam kemampuannya melayani rakyat yang dipimpinnya.
BACA JUGA:Imam Syarifudin Syah Juara 1 Duta Baca Kabupaten Cirebon
Sehingga, antara orang yang memimpin dan yang dipimpinnya akan tumbuh rasa saling mencintai karena Allah. Interaksi antara pemimpin dengan orang yang dipimpin bukan karena atasan dengan bawahan melainkan buah dari saling mencintai karena Allah SWT.
Dalam hal ini, Nabi SAW bersabda, “Sebaik-baiknya pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka mendoakan kebaikan untuk kalian. Sedangkan, seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga yang kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” Lalu, Auf berkata, “Ya Rasulullah, bolehkah kita memberontak kepada mereka?” Rasulullah SAW bersabda, “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah kalian.” (H.r. Muslim).
Salah satu dari indikator pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya adalah pemimpin yang dapat mengayomi rakyatnya, melayani, menyayangi, membela, memenuhi kebutuhannya, dan tidak berbuat dzalim terhadap rakyat.
KRITERIA PEMIMPIN
BACA JUGA:Donasi Baznas Kota Cirebon Buat Palestina Terus Bertambah
Pemimpin yang dapat melayani adalah pemimpin yang memiliki kriteria sebagaimana disebutkan dalam surah Yusuf ayat 55, pertama hafidzun (pandai menjaga hablum minallah dan hablum minannas).
Seorang pemimpin harus mampu menjaga agamanya dengan selalu menjaga hubungan baik dengan Allah (hablum minallah). Seorang pemimpin juga mesti mampu menghadirkan Allah SWT dalam setiap aktivitas dan perilakunya (muraqabatullah).
Melalui hablum minallah dan muraqabatullah ini, seorang pemimpin tidak akan menjatuhkan dirinya ke dalam perilaku negatif, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ia akan bekerja dengan amanah, jujur, memiliki integritas, dan komitmen terhadap kemajuan bangsa dan negara.
Sifat ini hanya bisa terwujud pada diri seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan spiritual (spiritual quotient) dan juga kecerdasan emosional (emotional quotient).