BMKG Peringatkan Potensi Penurunan Curah Hujan Tanpa Mitigasi Iklim

Suasana langit di Kota Cirebon, Rabu (25/9). BMKG mengatakan, perubahan iklim berdampak kepada curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia.-ABDUL HAMID/RADAR CIREBON-radar cirebon

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, perubahan iklim berdampak kepada curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia. Terdapat kecenderungan perubahan kondisi cuaca menjadi lebih kering dalam beberapa tahun ke depan jika tidak dilakukan langkah mitigasi.

”Kalau kita tidak melakukan aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, maka kondisinya yang kering akan semakin kering. Secara umum, di semua skenario dan periode bulan-bulannya adalah Sumatera bagian utara dan tengah mengalami penurunan potensi hujan atau potensi jumlah hujan,” kata Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG Alberth Nahas dalam diskusi yang diadakan Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) seperti dilansir dari Antara di Jakarta, Rabu (25/9).

Dia menjelaskan berdasar permodelan iklim Representative Concentration Pathways (RCP) 8,5 tanpa upaya mitigasi atau business as usual memperlihatkan saat musim kering. Atau sekitar periode Juni, Juli, dan Agustus, hampir seluruh wilayah Indonesia mengalami penurunan curah hujan kumulatif secara signifikan, dalam perbandingan dengan periode historis 1976-2005.

Menurut dia, penurunan curah hujan itu terutama dirasakan di wilayah Sulawesi, Jawa bagian selatan, dan Papua bagian selatan.

BACA JUGA:Tangkal Judol di Tingkat ASN, Pegawai Pemerintah Bisa Dipecat jika Terbukti Judi Online

”Ini mengindikasikan di wilayah tersebut kalau kita tidak melakukan aksi mitigasi atau kalau tidak memaksimalkan aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim maka daerah-daerah tersebut akan semakin rawan terhadap penurunan curah hujan kumulatif,” ujar Alberth Nahas.

Dampaknya akan berkepanjangan kepada masyarakat, menurut dia, termasuk potensi berkurangnya ketersediaan air bersih dan berpengaruh terhadap pertanian terutama yang menggunakan irigasi tadah hujan. Kondisi tersebut terjadi seiring dengan potensi peningkatan suhu di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan jika tidak dilakukan langkah mitigasi secara ambisius.

Alberth mengatakan, data BMKG periode 1951-2021 memperlihatkan tren peningkatan suhu. Rata-rata kenaikan terbesar 0,15 derajat terjadi di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatera bagian selatan, area Jakarta dan sekitarnya. (jp)

Tag
Share