INDRAMAYU-Bulan Safar kembali hadir membawa tradisi unik yang lekat dengan masyarakat Indramayu, yakni pembuatan kue cimplo.
Kue tradisional ini bukan sekadar makanan, melainkan simbol tolak bala yang telah diwariskan turun-temurun.
Kue sejenis apem yang terbuat dari tepung beras, ragi, dan santan, memiliki rasa manis gurih yang khas.
Menurut Angga Yanuar, warga Desa Pekandangan, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, terdapat makna mendalam yang diyakini masyarakat di balik kue cimplo.
BACA JUGA:Atlet Kickboxing Sabet 6 Medali Emas dan 4 Perak
Bulan Safar, lanjutnya, yang sering dianggap sebagai bulan penuh musibah, mendorong masyarakat untuk melakukan berbagai upaya tolak bala, salah satunya dengan membuat kue cimplo.
Sementara itu, warga Desa Bangkaloa Kecamatan Widasari Kabupaten Indramayu, Nani Sulastri mengaku, pembuatan cimplo secara turun-temurun dilakukan oleh keluarganya.
“Membuat kue cimplo sudah menjadi tradisi turun-temurun di keluarga kami,” ujar Nani, yang ditemui saat membuat kue cimplo, kemarin.
Nani dan keluarganya percaya bahwa membuat cimplo dan membagikannya kepada tetangga dapat mencegah terjadinya musibah atau kesialan.
BACA JUGA:Topeng Kekeluargaan
“Kami percaya, dengan membuat dan membagikan kue cimplo, kita akan terhindar dari segala macam marabahaya,” ucapnya.
Menurut Nani, proses pembuatan kue cimplo membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Adonan yang telah jadi kemudian dikukus hingga matang.
“Setelah dingin, kue cimplo siap dihidangkan dan dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar,” tuturnya.
Selain sebagai bentuk tolak bala, pembuatan kue cimplo juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan.
BACA JUGA:Ini 5 Aspek dan 12 Indikator Kerawanan Pilkada Serentak di Kota Cirebon