Bukan hanya dari sisi dividen, melainkan juga dari kebijakan perusahaan ketika pemegang saham mayoritas yang menentukan, termasuk kebijakan pembuatan smelter di Gresik.
Pengambil alihan sumber-sumber minyak dan gas potensial di Blok Rokan di Riau dari Chevron dan Blok Mahakam di Kalimantan Timur dari Total Indonesie juga tergolong fenomenal.
Kita juga menyaksikan pembangunan sektor pariwisata sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan tujuan wisata baru dengan kecepatan yang tidak terbayang sebelumnya, seperti di Raja Ampat, Labuan Bajo, dan Danau Toba.
Juga terjadi modernisasi alutsista TNI. Kita memperkuat pertahanan nasional dengan puluhan jet tempur canggih, kapal selam, dan lainnya.
BACA JUGA:Kepala BPKAD Kuningan Dilantik Jadi Pj Sekda
Sebagian dengan menghidupkan industri nasional. Produksi Pindad untuk senapan serbu tak kalah dari buatan Eropa atau AS.
Kemudian, pemindahan ibu kota yang sudah dicita-citakan sejak lama ke Kalimantan Timur. Juga hilirisasi tambang, yang sangat bermanfaat bagi perkembangan negara kita ke depan karena tidak mungkin RI menjadi negara maju kalau kita hanya menjadi pengekspor bahan mentah yang murah harganya.
Di bidang politik, patut dipuji pelarangan HTI, FPI, JDI, JT, MIT, dan sejenisnya yang tujuan perjuangan ideologinya untuk mengubah bentuk negara jadi negara khilafah.
Baru di masa Jokowi, ormas-ormas yang mengganggu dan berpotensi mengubah dasar negara ini dilarang. Tentulah Jokowi berharap kebijakan-kebijakan itu bisa dilanjutkan.
BACA JUGA:Ada Produksi Pabrik Tahu, Warga Gemulung Lebak Mengaku Sesak Nafas
Kita sungguh mengagumi suksesi kepemimpinan di China yang hanya dalam 50 tahun telah membawa kemajuan fenomenal bagi negara berpenduduk lebih dari satu miliar jiwa itu.
Proses suksesi kepemimpinan nasional di China yang sistem politiknya sejak 1949 dikendalikan Partai Komunis China (PKC) terjadi di forum kongres partai tunggal itu.
Di Singapura, pendiri dan perdana menteri pertama, Lee Kuan Yew, telah membawa modernisasi yang luar biasa bagi Singapura yang awalnya kampung kumuh, yang warganya suka meludah di mana-mana, menjadi negara maju yang modern dan tertib.
Kalau Lee ingin terus menjadi penguasa Singapura sampai ia meninggal, tentu rakyat mendukung. Akan tetapi, ia memilih untuk menyiapkan penggantinya, yaitu Goh Chok Tong.
BACA JUGA:Mahasiswa UIBBC Kenalkan Pembayaran Pakai QRIS Kepada Warga Buyut
Untuk Indonesia yang berpenduduk 280 juta dengan daratan seluas hampir 2 juta kilometer persegi (km2) dan lautan sekitar 3,2 juta km2 dengan lebih dari 17.000 pulau serta memiliki potensi sumber daya alam demikian hebat ini, tidak boleh main-main dalam menempatkan pemimpin di semua tingkatan.