Oleh: Salman Hanafi*)
KUALITAS pendidikan merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan suatu bangsa.
Pendidikan yang berkualitas tidak hanya menciptakan individu yang cerdas, berkarakter dan berpengetahuan, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan global.
Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah guru. Peran guru sangat vital karena mereka adalah agen utama dalam proses belajar mengajar.
Namun, untuk dapat menjalankan peran ini dengan baik, guru memerlukan waktu yang cukup untuk berbagai aktivitas pendidikan.
Iwan Pranoto, Guru Besar Matematika Institut Teknologi Bandung dalam esainya yang berjudul Waktu Guru, memaparkan bagaimana hubungangan waktu guru dengan kualitas Pendidikan.
Apabila diukur dari sekadar waktu interaksinya dengan murid di kelas, tugas seorang pendidik tak memerlukan waktu yang lama.
Di sisi lain, ia harus menyiapkan pengajaran selanjutnya, merancang dan memeriksa tugas murid, mengembangkan diri, dan lainnya di luar waktu interaksinya dengan murid.
Tak sedikit guru di Indonesia harus bekerja melebihi jam kerja yang seharusnya. Selain mengajar di kelas, mereka juga diharuskan menyusun rencana pelajaran, memeriksa pekerjaan rumah, menyiapkan ujian, serta mengisi laporan administratif.
Di luar tugas mengajar, guru juga sering terlibat dalam kegiatan ekstra kurikuler, program bimbingan belajar, dan berbagai aktivitas sekolah lainnya, termasuk secara rutin harus mengerjakan di rumah saat malam atau dini hari.
BACA JUGA:Kepala BPKAD Kuningan Dilantik Jadi Pj Sekda
Lalu, apakah waktu saat sekarang masih merupakan harta paling berharga dari seorang guru? Tulisan ini menunjukkan bahwa pascaCovid-19, premis menghargai waktu guru secara perlahan menjadi sebuah tantangan sekaligus khayalan.
Tindakan menyepelekan waktu guru justru menjadi semakin wajar. Tindakan tak menghargai waktu guru bukan saja dilakukan oleh mereka di luar dunia pendidikan, bahkan lembaga pendidikan dan sesama pendidik sendiri paling sering melecehkan waktu guru.