Periode Januari-Juli 2024, Pasien Anak Jalani Pengobatan Cuci Darah Capai 77 kasus

Sabtu 03 Aug 2024 - 14:30 WIB
Reporter : Raswidi Hendra Suwarsa
Editor : Raswidi Hendra Suwarsa

BANDUNG- Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat mencatatkan jumlah pasien anak yang menjalani pengobatan cuci darah atau hemodialisis sebanyak 125 orang sepanjang tahun 2023.

Sementara angka pasien anak yang menjalani cuci darah di tahun ini, yakni pada Januari-Juli 2024, sudah menyentuh 77 kasus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jabar Rochady Hendra mengatakan penyebab anak menjalani hemodialisis disebabkan oleh berbagai macam faktor.

BACA JUGA:BKPSDM: Belum Ada Usulan Pengunduran Diri dr Bambang Sebagai Dirut RSUD Arjawinangun

“Jadi kasus anak yang perlu dihemodialisis di Jawa Barat tahun 2023 sekitar 125 anak, dan 2024 sampai Juli ini tercatat 77 anak," kata Rochady Hendra, Jumat 2 Agustus 2024.

Penanganan pasien anak yang menjalani cuci darah dilakukan di beberapa rumah sakit rujukan. Seperti di Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin yang menyatakan ada 10-20 kasus anak cuci darah per bulannya.

Hanya saja, dia memastikan data yang dimilikinya berdasarkan pasien dari kabupaten dan kota.

BACA JUGA:Soal Gugatan, Pj Walikota Cirebon : Termohon Siap Ikuti Proses Sesuai Mekanisme

Selain itu, beberapa rumah sakit di kabupaten dan kota di Jabar pun tidak semua mampu melayani perawatan cuci darah.

“Jadi, secara kumulatif dari beberapa kabupaten/kota itu dilaporkan bahwa jumlah jiwa untuk anak-anak usia 0 sampai 15 tahun yang memerlukan pengobatan hemodialisis itu tahun 2023 itu ada 125 kasus, Kemudian untuk tahun 2024 sampai bulan Juli ini tercatat 77 kasus," jelasnya, dikutip dari JPNN (Radar Cirebon Group).

Lebih lanjut, Rochady menjelaskan bahwa hemodialisis ini merupakan suatu tindakan pengobatan yang umumnya dilakukan pengidap masalah gagal ginjal baik itu akut hingga kronis. Dengan kondisi itu, pengidap akhirnya diberikan penanganan cuci darah.

BACA JUGA:Tahun 2023 Kekerasan Anak Tercatat 46 kasus, Tahun Ini Turun Jadi 32 Kasus

“Memang dia memang akut itu misalnya perlu kayak hemodialisis tetapi ada gagal ginjal yang memang sudah bertahun-tahun, dia harus diterapi ya itu yang gagal ginjal akut, dulu pernah kita heboh gara-gara minum obat Paracetamol," terangnya.

Menurut Rochady, efek samping dari obat tertentu bisa berdampak kerusakan pada organ ginjal. Selain itu, bisa terjadi karena adanya gangguan di aliran darah ke ginjal.

Misalnya pada anak-anak yang terjadi pendarahan hebat, karena infekssi atau karena diare dengan dehidrasi berat.

Kategori :